Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Rusia Tolak Ultimatum Trump Soal Ukraina, AS Tingkatkan Dukungan Senjata

Editor:  Rozie Winata
Reporter: Redaksi
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
Ilustrasi bendera Rusia. (Foto: dok Meta AI)

Nusantaraterkini.co, MOSKOW - Rusia menegaskan menolak ultimatum 50-hari yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menyetujui gencatan senjata Ukraina, seraya menepis ancaman berupa "tarif sangat tinggi" sebagai hal yang tidak dapat diterima, Selasa (15/7/2025).

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov menegaskan bahwa Moskow mendukung resolusi persahabatan untuk konflik Ukraina dan siap untuk berakhir.

“Namun, jika hal ini tidak mendapat respons yang tepat, jika kami tidak dapat mencapai tujuan yang kami tetapkan melalui diplomasi, maka operasi militer khusus akan terus berlanjut,” kata Ryabkov.

BACA JUGA: Rusia Tembakkan Ratusan Drone dan Puluhan Rudal ke Ukraina

Dia mengatakan bahwa posisi Moskow tidak tergoyahkan.

"Kami berharap Washington dan NATO menanggapi hal ini dengan serius," lanjutnya.

Trump pada hari Selasa membantah tuduhan sebelumnya bahwa dia mendorong Kiev untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia, dengan mengatakan bahwa dia tidak berpihak dalam konflik tersebut dan menyarankan Ukraina "hendaknya tidak menargetkan Moskow" dengan senjata jarak jauh.

BACA JUGA: Trump Beri Ancaman Keras ke BRICS, Rusia Bereaksi

Sehari sebelum klarifikasi tersebut, Trump mengatakan di Ruang Oval bahwa AS akan mengirimkan senjata ke Ukraina melalui NATO, dan ancaman akan diberlakukan "tarif sangat tinggi" yang menargetkan Rusia jika kesepakatan gencatan senjata tidak tercapai dalam 50 hari. Trump mengatakan beberapa sistem rudal Patriot pertama kemungkinan tiba di Ukraina "dalam hitungan hari".

Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam pengiriman senjata tersebut sebagai bukti bahwa negara-negara NATO tidak tertarik untuk mencapai perdamaian. Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan bahwa referensi Trump untuk tarif sekunder 100 persen berarti "sanksi ekonomi".

Sementara itu, parlemen Ukraina pada hari Selasa memilih untuk memperpanjang status darurat perang dan pengerahan militer negara itu selama 90 hari ke depan, yakni hingga 5 November. Anggota parlemen Rusia juga mengumumkan penghentian Konvensi Ottawa, sebuah perjanjian internasional yang melarang penggunaan ranjau darat anti-personel.

(Zie/Nusantaraterkini.co)

Sumber: Xinhua

Advertising

Iklan