Nusantaraterkini.co, MEDAN – Seorang orangtua siswa SMK Negeri 10 Medan, Oktavia Situmorang, menduga anaknya mengalami intimidasi dari sejumlah guru yang keberatan dengan aksi protes terkait gagalnya ratusan siswa mengikuti Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP).
BACA JUGA: Unjuk Rasa Siswa dan Orangtua SMKN 10 Medan Protes Kelalaian Penginputan Data PDSS
Oktavia mengungkapkan bahwa anaknya sempat merasa tertekan dan enggan melihat ibunya terlibat dalam aksi tersebut. Bahkan, sang anak sampai mengungkapkan niat bunuh diri karena merasa malu dengan keterlibatan Oktavia dalam demonstrasi.
"Saat di rumah, anak saya tiba-tiba mengatakan jika dia malu kalau saya ikut protes soal masalah ini," ujar Oktavia saat ditemui wartawan di ruang kepala sekolah SMKN 10 Medan, Rabu (12/2/2025).
Meski demikian, Oktavia tetap berupaya menenangkan anaknya dan menjelaskan bahwa perjuangan yang mereka lakukan adalah untuk menegakkan kebenaran.
"Saya bilang ke anak saya, kita berjuang ini untuk semuanya, kebenaran yang kita suarakan," tegasnya.
Harapan untuk Dibukanya Kembali Portal SNBP
Oktavia berharap pemerintah, khususnya Presiden Prabowo Subianto, dapat turun tangan dan memberikan kesempatan bagi siswa SMKN 10 Medan untuk tetap mengikuti SNBP.
"Harapannya kepada Bapak Presiden Prabowo, mohon dibuka kembali portal pendaftaran SNBP. Berikan kesempatan kepada anak-anak ini karena mereka juga berhak mengikuti seleksi," pintanya.
Sebelumnya, ratusan siswa dan orangtua SMKN 10 Medan telah melakukan aksi protes pada Kamis (6/2/2025).
Mereka kecewa karena pihak sekolah lalai dalam menginput data ke Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS), sehingga para siswa yang memenuhi syarat gagal mendaftar SNBP.
BACA JUGA: Tiga Jalan Desa di Dolok Panribuan Amblas Akses Jalan Tertutup Total
Dalam kasus ini, pihak sekolah diketahui menggunakan sistem e-rapor dan baru melakukan finalisasi data pada 30 Januari 2025, hanya satu hari sebelum batas akhir pendaftaran SNBP.
Akibatnya, ketika data e-rapor semester V siswa tidak terbaca oleh sistem PDSS, sekolah tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan perbaikan.
(Cw7/Nusantaraterkini.co)