Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Paus Fransiskus Wafat, Prabowo: Dunia Kembali Kehilangan Sosok Panutan

Editor:  Rozie Winata
Reporter: Redaksi
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
Prabowo Subianto bersalaman bersama Sri Paus Fransiskus. (Foto: dok Instagram Prabowo)

Nusantaraterkini.co, JAKARTA - Wafatnya Paus Fransiskus menimbulkan duka bagi para tokoh dunia. Tak terkecuali Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto.

Lewat Instagramnya, Prabowo menyampaikan rasa duka mendalam atas wafatnya pemimpin Gereja Katolik Vatikan tersebut.

"Dengan rasa duka yang mendalam, saya menerima kabar mangkatnya Paus Fransiskus," katanya seperti dikutip, Senin (21/4/2025) malam.

Baca Juga: Wafat di Usia 88 Tahun, Paus Fransiskus akan Dimakamkan di Luar Vatikan

Menurut Prabowo, dengan wafatnya Paus Fransiskus, dunia kembali kehilangan sosok panutan yang memiliki komitmen besar terhadap perdamaian, kemanusiaan, dan persaudaraan.

"Kunjungan Sri Paus Fransiskus ke Jakarta tahun lalu telah memberikan kesan yang mendalam, tidak hanya di kalangan umat Katolik namun di hati seluruh rakyat Indonesia," sebutnya.

Pesan kesederhanaan, pluralisme, keberpihakan kepada orang miskin dan kepedulian Sri Paus terhadap sesama, tulis Prabowo, akan selalu menjadi teladan bagi semua.

"Selamat jalan Sri Paus, pesanmu untuk menjaga Bhinneka Tunggal Ika akan selalu membekas di hati," tandasnya.

Baca Juga: Umat Katolik di Penjuru Amerika Latin Mengirimkan Doa untuk Paus Fransiskus

Diberitakan sebelumnya, Paus Fransiskus, yang tinggal di suite sederhana di hotel Santa Marta alih-alih di Istana Apostolik, menekankan kesederhanaan bahkan dalam kematiannya.

Bahkan konfirmasi kematiannya pun dilakukan di kapel pribadinya, bukan di kamar tidur Paus seperti tradisi sebelumnya.

Jenazahnya disemayamkan dalam peti kayu sederhana dengan lapisan seng di dalamnya. Tidak ada tiga peti bertingkat seperti lazimnya dulu. 

Ia mengenakan jubah liturgi merah, mitra uskup, dan pallium, sebuah stola wol khas uskup Roma. Di dekatnya, lilin Pasqual menyala, menjadi simbol cahaya Kristus yang hidup.

Prosesi ke Basilika Santo Petrus juga mengalami perubahan. Peti mati tidak lagi diarak di atas tandu tinggi, melainkan diletakkan menghadap umat. Menjelang pemakaman, tradisi penutupan peti jenazah dilakukan dengan khidmat. 

Namun yang paling mencolok adalah keputusan terakhir Paus Fransiskus adalah ia tidak ingin dimakamkan di Basilika Santo Petrus, seperti banyak pendahulunya. Melainkan memilih Basilika Santa Maria Maggiore, bukan di dalam Vatikan, tempat yang ia kunjungi setiap kali pulang dari perjalanan luar negeri.

Keputusan ini menjadikannya Paus pertama dalam lebih dari satu abad yang dimakamkan di luar tanah suci kepausan tersebut. Dengan pemakamannya, Gereja Katolik memasuki masa duka resmi selama sembilan hari atau novemdiales, sebelum akhirnya konklaf dimulai untuk memilih penerus Paus Fransiskus.

(zie/Nusantaraterkini.co)