Ketua TKN Buka Suara, Respon Pernyataan Faisal Basri Soal Utang Indonesia Bisa Tembus Rp16 Ribu T Jika Prabowo-Gibran Menang
Nusantaraterkini.co, JAKARTA - Ketua Umum Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Rosan Roeslani buka suara soal pernyataan ekonom Faisal Basri yang menyebut utang Indonesia bakal tembus Rp16 ribu triliun jika Prabowo-Gibran memenangkan Pilpres 2024.
Rosan menilai perhitungan itu hanya sebatas asumsi Faisal Basri yang intens memberikan informasi publik terkait ekonomi. Karenanya dia menyarankan agar Faisal Basri menghitung utang suatu negara khususnya Indonesia dari berbagai sisi.
"Jadi mesti dilihat dari banyak sudut tidak hanya dilihat dari sudut, oh utangnya bertambah, kan tidak seperti itu. Jadi harus dilihat dari peningkatan kesejahteraan masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan, kemakmuran dan dari segi kesejahteraan bagi rakyat Indonesia secara keseluruhan," kata Rosan di Jakarta, dikutip Selasa (16/1/2024).
Rosan menilai terlalu sempit jika menghitung utang Indonesia hanya fokus sebatas berapa jumlah utang yang bertambah. Dia menyebut untuk menghitung utang sebuah perusahaan besar, menengah hingga UMKM memiliki perbedaan, apalagi menghitung utang sebuah negara.
"Otomatis kalau perusahaan besar utangnya jauh lebih besar daripada UMKM maupun perusahaannya masih kecil. Sama kan, negara juga seperti itu ada tahapannya dari negara berkembang jadi negara maju," ujarnya.
Rosan mengatakan kalau utang Indonesia saat ini dipakai untuk yang sifatnya produktif. Karena itu, dia menegaskan tidak ada masalah jika utang diperuntukkan kepada hal yang produktif.
"Kami melihat kalau utang yang ada itu dipakai untuk suatu yang sifatnya produktif dan negara kita ini terus berkembang seperti perusahaan makin lama makin berkembang cash flow nya makin baik utangnya juga makin berkembang tapi dampaknya juga kan makin besar. Selama utang itu di manage dengan baik dengan pruden, menurut saya nggak ada masalah," terangnya.
Diketahui, UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara batas aman utang pemerintah maksimal 60 persen dari PDB dan defisit APBN maksimal 3 persen dari PDB. Sedangkan utang Indonesia per November 2023 sebesar 38,11 persen terhadap PDB atau senilai Rp8.041,01 T atau masih di bawah batas maksimal.
Rosan menengaskan utang Indonesia masih dalam batas aman jika dihitung dari besaran jumlah utang terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Jadi banyak negara-negara lain yang utangnya itu jauh lebih besar dari kita, baik dari segi perbandingan produk domestik bruto dan yang lain-lain. Tapi itu tidak menjadi suatu masalah selama utang itu dijadikan utang produktif, bisa membawa kesejahteraan, bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan terus menciptakan pertumbuhan ekonomi yang positif," pungkasnya.
Sebelumnya, ekonom Faisal Basri menyebut kalau kebijakan Presiden Jokowi dilanjutkan Prabowo-Gibran utang Indonesia bisa mencapai Rp16 kuadriliun. Ramalan itu ia sampaikan dalam Political Economic Outlook 2024 di Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (13/1/2024).
(HAM/nusantaraterkini.co)