Nusantaraterkini.co - Pada awal perdagangan hari ini. Rabu (4/12/2024) Bursa Asia mayoritas bersandar di zona merah di mana indeks Nikkei 225 melemah 0,22% ke 39.160,95. Sejalan, indeks Hang Seng melemah 0,12% ke 19.722,15.
Diperdagangan pukul 08.21 WIB pagi ini indeks Taiex naik 0,6% menjadi 23.165,5. Berbeda, Kospi anjlok 1,88% ke 2.453,16 dan indeks S&P/ASX 200 melemah 0,49% ke 8.453,7.
Sementara, FTSE Straits Times menguat 0,19% ke 3.793,44 dan FTSE Malay menguat tipis 0,05% menjadi 1.607,7.
Di sisi lain, Pasar Asia Pasifik lainnya dibuka bervariasi karena investor mencerna berbagai peristiwa di Korea Selatan.
Investor juga menilai realisasi pertumbuhan ekonomi riil Australia yang tumbuh 0,8% pada kuartal III-2024.
Menurut data dari Biro Statistik Australia, realisasi tersebut meleset dari ekspektasi pertumbuhan 1,1% oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters dan merupakan kuartal kedelapan tanpa kenaikan PDB.
BACA: Wall Street Ditutup Bervariasi, Indeks Dow Jones Industrial Average Melempem 76,47 Poin
Pasar Korea Selatan dibuka melemah, setelah pergolakan politik di Korea Selatan yang menyebabkan Presiden Yoon Suk Yeol memberlakukan dan kemudian mencabut dekrit darurat militer dalam hitungan jam.
Indeks Kospi turun 1,6%, sementara Kosdaq melemah 1,9%, memangkas beberapa kerugian setelah laporan tentang kemungkinan penggunaan dana segar oleh pemerintah untuk menopang pasar saham.
Menurut Kantor Berita Yonhap, regulator keuangan Korea Selatan siap untuk menggunakan 10 triliun won (atau setara US$ 7,07 miliar) dalam dana stabilisasi pasar saham yang bisa digunakan kapan saja, untuk menenangkan sentimen pasar.
Di tengah kekhawatiran ketidakstabilan keuangan, dewan kebijakan moneter Bank Korea mengadakan rapat dewan luar biasa sekitar pukul 9 pagi waktu setempat.
Menurut laporan lokal, Partai Demokrat oposisi negara itu mengatakan akan memulai proses pemakzulan untuk menyingkirkan Presiden Yoon jika dia tidak segera mengundurkan diri.
Kepala staf dan sekretaris senior Yoon dilaporkan telah memberikan surat untuk mengundurkan diri secara massal.
Di AS semalam, saham Korea Selatan berayun liar di tengah pergolakan politik yang mengguncang ekonomi terbesar ke-13 di dunia itu.
iShares MSCI South Korea ETF (EWY), yang melacak lebih dari 90 perusahaan besar dan menengah di Korea Selatan, anjlok hingga 7% hingga mencapai level terendah dalam 52 minggu.
Kemudian pada hari itu, ETF memangkas kerugian dan ditutup pada hari Selasa dengan penurunan 1,6%.
Setelah Yoon mengatakan bahwa ia akan mencabut deklarasi darurat menyusul pemungutan suara Majelis Nasional untuk membatalkan keputusan darurat militernya.
Sementara itu, S&P 500 naik tipis sebesar 0,05%, sementara Nasdaq Composite naik 0,4%.
Kedua indeks ditutup pada rekor tertinggi. Dow yang terdiri dari 30 saham merupakan yang paling lambat, dengan penurunan hampir 0,2%.
(nusantaraterkini.co/win)