Nusantaraterkini.co, MEDAN – Sejumlah orangtua siswa Yayasan Boarding School SMA Jabal Rahma Mulia menjadi korban dugaan penipuan berkedok jalur khusus masuk perguruan tinggi negeri (PTN) ternama.
Para korban mengaku mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah setelah anak mereka dijanjikan lolos seleksi.
Hal yang membuat mereka percaya, skema ini melibatkan oknum pihak sekolah yakni, eks Kepala sekolah dan Wakil kepala Sekolah sehingga terlihat lebih kredibel dan meyakinkan.
Dugaan kasus ini mulai terungkap setelah beberapa orangtua melaporkan kehilangan uang dalam jumlah besar, setelah anak mereka tidak kunjung diterima di perguruan tinggi seperti yang dijanjikan.
Beberapa korban juga merasa terjebak karena informasi mengenai jalur ini datang dari lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi sumber terpercaya.
Salah satu korban, orangtua siswa berinisial D, mengaku telah menyerahkan Rp200 juta kepada seseorang perempuan yang mengklaim bisa membantu anaknya masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU).
Dia mengungkapkan bahwa tawaran tersebut datang dari bekas kepala sekolah Boarding School SMA Jabal Rahmah Mulia bernama, Achmad Sulu, yang kemudian memperkenalkan seorang perempuan bernama, Fika Yolanda Ramadhani.
"Saya dikenalkan kepada Fika dia katanya punya akses langsung ke jalur khusus di universitas. Sebab dia juga saat itu mantan manajer Bimbel Genza Education yang bekerja sama dengan sekolah. Informasi ini kami dapatkan dari lingkungan sekolah, jadi saya sama sekali tidak curiga, awalnya," ucap D, saat diwawancarai Sabtu (1/2/2025).
D menjelaskan bahwa prosesnya dibuat seolah-olah resmi, mulai dari pengumpulan dokumen, formulir pendaftaran, hingga tahap pembayaran yang disebut sebagai dana komitmen.
Namun, setelah uang ditransfer, komunikasi dengan pihak yang menjanjikan jalur khusus tersebut semakin sulit. Sampai akhirnya, ketika pengumuman penerimaan mahasiswa baru tiba, anaknya tidak masuk dalam daftar mahasiswa yang diterima.
Hal serupa juga dialami korban lainnya, berinisial B, yang mengalami kerugian Rp150 juta. Ia menceritakan bahwa pihak yang menawarkan jalur ini mengetahui detail nilai dan prestasi akademik anaknya, skema yang sama dilakukan, namun B, dikenalkan kepada Fika melalui wakil kepala sekolah. Hal itu kemudian membuatnya yakin bahwa program tersebut benar-benar ada.
Kali ini, B, ditawarkan oleh Fika dan dikuatkan keyakinannya dari lingkungan sekolah. Anaknya disebut dapat diluluskan ke Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh (Unimal).
"Saya percaya karena wakil kepala sekolah menyebutkan jika anak saya bisa diluluskan ke Unimal. Mereka juga kan memiliki akses ke data akademik anak saya. Mereka bilang anak kami sudah memenuhi standar dan hanya perlu membayar sejumlah uang sebagai bagian dari proses administratif. Kami tidak berpikir panjang karena merasa sekolah pun mengetahui adanya program ini," ujarnya.
Namun, setelah pembayaran dilakukan, pihak yang menjanjikan jalur khusus ini mulai menghindar, sulit dihubungi, dan tidak memberikan informasi jelas terkait status anaknya di perguruan tinggi yang dijanjikan.
Salah satu faktor utama yang membuat para korban percaya adalah keterlibatan pihak sekolah dalam penyebaran informasi mengenai jalur ini.
Baca Juga: Dinilai Salah Sasaran, Oknum Kepala Sekolah di Kota Binjai Dilaporkan Kasus Dugaan Penipuan
Para orangtua menyatakan bahwa mereka mendapatkan informasi mengenai jalur khusus ini melalui kepala dan wakil kepala sekolah, meskipun tidak secara langsung direkomendasikan secara resmi. Namun, ketika kasus ini mulai mencuat, pihak sekolah membantah terlibat dalam skema tersebut.
Kuasa hukum Yayasan Boarding School SMA Jabal Rahmah Mulia, Ubat Riadi Pasaribu, menegaskan bahwa yayasan tidak terlibat dalam kasus dugaan percaloan masuk perguruan tinggi yang menyeret nama Fika Yolanda Ramadhani.
"Keterlibatan yayasan justru tidak ada pada kasus itu. Dugaan penipuan ini murni dilakukan oleh oknum, yakni yang diduga adalah Fika," ujar Ubat kepada Nusantaraterkini.co, Rabu (29/1/2025)
Meski demikian, sejumlah korban meyakini bahwa ada keterlibatan oknum dari pihak sekolah dalam skema ini. Mereka berharap penyelidikan dapat mengungkap siapa saja yang terlibat dan bagaimana skema ini bisa berjalan dengan mulus tanpa menimbulkan kecurigaan.
Hingga saat ini, para korban masih berharap agar pihak berwajib bisa segera menemukan pelaku dan mengembalikan uang mereka. Mereka juga mendesak agar ada regulasi lebih ketat terkait informasi penerimaan mahasiswa baru agar tidak ada lagi kasus serupa yang merugikan orangtua dan siswa.
"Kami ingin uang kami kembali dan pelakunya dihukum. Jangan sampai ada lagi orangtua lain yang tertipu seperti kami," kata D.
(Cw7/Nusantaraterkini.co)