Nusantaraterkini.co - Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) sebut harga beras premium sudah mencapai tertinggi yakni Rp 18.000 per kilogram (kg). Ini merupakan fenomena harga beras tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
"Ini (harga beras premium) tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Belum pernah terjadi dalam sejarah harga beras Rp 18.000, belum pernah. Harga beras itu Rp 8.000, Rp 9.000, tertinggi Rp 10.000," kata Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), dilansir dari detikcom, Sabtu, (24/2/2024).
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menanggapi hal tersebut, menerangkan bahwa saat ini harga gabah sudah mencapai level Rp 8.000/kg, maka jika setara beras harganya Rp 16.000/kg. Jadi, jika harga beras di level Rp 10.000/kg, harga gabah di level Rp 5.000/kg.
"Kalau sekarang kan harga gabah Rp 8.000/kg, maka secara mudah beras Rp 16.000/kg, udah pasti. Kalau harga gabahnya Rp 5.000/kg beras Rp 10.000/kg. Tahun lalu Rp 6.000/kg harga beras Rp 12.000/kg," kata Arief, dilansir dari detikcom, Sabtu, (23/2/2024).
Kemudian, Arief juga menyatakan, kenaikan harga beras terjadi di seluruh dunia. Hal ini disebabkan karena kebutuhan biaya produksi seperti pupuk meningkat akibat perang Rusia dan Ukraina.
"Seluruh dunia juga tinggi, jadi ini nih global. Kondisi hari ini kondisi global juga demikian. Di seluruh dunia dalam pertanian perlu pupuk nggak? Ukraina masih perang, terganggu pasokan pupuk nggak? Kalau terganggu harga pupuk naik atau turun? Kalau harga pupuk naik, harga pertanian bukan hanya beras, tetapi jagung, dan lainnya naik nggak? Nah," terang dia.
Oleh sebab itu, jika masyarakat ingin mendapatkan beras yang terjangkau dan tetap sesuai harga eceran tertinggi (HET), maka bisa membeli beras Bulog Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) seharga Rp 10.900/kg atau Rp 54.500 per 5 kg.
Kemudian, beras-beras premium ukuran 5 kg merek lainnya diyakini sudah mulai masuk ritel dengan harga Rp 13.900/kg.
"Di modern market itu kan sesuai HET Rp 13.900/kg, dan SPHP Rp 10.900/kg. Itu sudah banyak loh masuk ke ritel-ritel modern, seluruh Indonesia," jelas Arief.
Arief menjelaskan, harga beras dan produk pangan lainnya antara ritel modern dengan pasar tradisional akan berbeda. Umumnya, memang akan lebih terjangkau di ritel modern dibandingkan pasar tradisional.
"Kalau di pasar itu kan memang berbeda dengan ritel, tetapi ya nggak cuma beras ya, gula juga lebih mahal, minyak goreng juga lebih mahal, semua produk (pangan)," terang dia.
Menurut Arief, saat ini saja harga beras di luar negeri sudah sangat tinggi. Ia mengungkap harganya sudah mencapai US$ 670 atau setara Rp 10,4 juta per metrik ton. Sulit menurutnya jika harga beras bisa kembali ke level tiga tahun lalu.
"Terkait harga beras nantinya, variable cost sudah mengalami kenaikan, mulai dari pupuk, harian orang kerja, BBM, dan unsur produksi lainnya. Ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Lihat saja harga beras di luar negeri sudah menyentuh US$ 650-670 per metrik ton. Jadi agak sulit untuk mengatakan harga beras nanti akan turun seperti 2-3 tahun lalu," pungkasnya.
(Ann/Nusantaraterkini.co)
Sumber: Detikcom