Nusantaraterkini.co, MEDAN - Proyek revitalisasi Lapangan Merdeka yang digadang-gadang menjadi ruang publik ikonik di jantung Kota Medan menuai sorotan. Meski menelan anggaran jumbo nyaris Rp500 miliar sejumlah fasilitas penting seperti toilet umum hingga sistem parkir yang layak masih absen.
Keluhan datang dari pengunjung yang merasa ruang terbuka ini belum sepenuhnya ramah bagi warga.
"Kurang nyaman lah ya, belum semua rampung. Banyak fasilitas yang belum bisa digunakan masyarakat," ujar Sepania Hutabarat, warga Kecamatan Medan Perjuangan, saat ditemui Nusantaraterkini.co di Lapangan Merdeka Medan, Senin (21/7/2025) petang.
Baca Juga: EKSKLUSIF Proyek Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan Berlanjut, Wartawan Dilarang Meliput
Baca Juga: EKSKLUSIF VIDEO Kacamata Lapangan Merdeka Kota Medan
Baca Juga: Membludak, Ribuan Orang Ramaikan Lapangan Merdeka Medan dan Kota Lama Kesawan
Sepania menyebut, meski kawasan terlihat megah, namun kesan setengah jadi justru lebih mendominasi.
Pantauan Nusantaraterkini.co di lokasi menunjukkan, area basement Lapangan Merdeka masih dipagari seng proyek di beberapa titik.
Akses menuju basement tertutup rapat. Hanya satu pintu masuk terbuka di sisi Jalan Balaikota, tepat menghadap kantor Asuransi Ramayana. Penjagaan tampak ketat, pekerja berseragam lalu-lalang di tengah suasana proyek yang belum rampung.
Baca Juga: Pj Sekda Topan Ginting Dorong Percepatan Proyek Fisik Pemko Medan
Baca Juga: Jelang Deadline Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan, Bagaimana Kini Progresnya?
Keluhan tak hanya berhenti pada estetika dan akses. Pryda (25), pengunjung lainnya, menyoroti soal tarif parkir sepeda motor yang dianggap tak masuk akal.
"Bayar Rp5.000 untuk motor itu mahal. Sama kayak mobil," katanya.
Ia juga menyebut bahwa sistem pembayaran langsung tanpa tiket menimbulkan dugaan pungutan liar.
"Kita cuma sebentar parkir, tapi nggak ada kejelasan siapa yang narik, pakai seragam nggak jelas, dan langsung minta Rp5.000. Ini kan fasilitas publik, bukan bisnis privat," keluhnya.
Masalah lain yang mencuat adalah ketiadaan toilet umum dan musala.
Styffen (24), menyayangkan tidak adanya fasilitas dasar tersebut, padahal masyarakat sudah mulai memanfaatkan lapangan untuk berbagai aktivitas.
"Saya coba cari kamar mandi, nggak ketemu. Tempat salat juga belum terlihat. Sayang aja kalau sebesar ini tapi kebutuhan dasar diabaikan," katanya.
Lapangan Merdeka merupakan proyek strategis Pemkot Medan yang digarap sejak masa Wali Kota Bobby Nasution. Dalam berbagai pernyataan sebelumnya, proyek ini disebut-sebut akan menjadi ikon baru kota, tempat warga menikmati ruang terbuka hijau berkualitas.
Namun, kondisi lapangan saat ini justru meninggalkan pertanyaan tentang prioritas pembangunan. Apakah estetika dipentingkan di atas fungsionalitas? Apakah ruang publik ini benar-benar diperuntukkan bagi rakyat?
"Kalau memang dibuka untuk umum, parkiran dan toiletnya harus ada dulu. Jangan sampai dibilang ruang publik, tapi warga malah merasa disingkirkan," ujar seorang pengunjung lain, Nikma.
Baca Juga: BPK Didorong Audit Investigasi Terkait Pembangunan Lapangan Merdeka Medan
Beberapa pengunjung berharap agar pengerjaan dipercepat, terutama fasilitas dasar.
“Toilet dan parkir itu paling minimal. Masa kita mau duduk dan jogging aja harus tahan kencing?,” katanya.
Proyek yang belum selesai tapi sudah dibuka untuk publik juga menuai kritik karena berisiko menimbulkan kecelakaan. Beberapa bagian masih tertutup garis polisi, sementara anak-anak dan keluarga mulai ramai beraktivitas di kawasan itu.
Hingga berita ini diturunkan, Pemerintah Kota Medan belum memberikan penjelasan resmi mengenai tarif parkir dan kelengkapan fasilitas lainnya yang belum tuntas di Lapangan Merdeka.
(cw7/nusantaraterkini.co)