Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Israel Bom Gereja Katolik Satu-satunya di Gaza, Ini Respon PBB

Editor:  Rozie Winata
Reporter: Redaksi
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
Warga Palestina menyampaikan jenazah seorang korban, yang terbunuh akibat serangan drone Israel di Gereja Keluarga Kudus, di Rumah Sakit Baptis di Kota Gaza pada 17 Juli 2025. (Foto: Xinhua/Mahmoud Zaki)

Nusantaraterkini.co, PBBSekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterrescam keras serangan Israel terhadap Gereja Keluarga Kudus di Gaza, yang menjadi tempat perlindungan bagi warga sipil.

Diketahui, Israel mengebom gereja Katolik satu-satunya di Gaza itu pada Kamis (17/7/2025) yang menyebabkan tiga orang tewas dan melukai sedikitnya 10 orang lainnya.

“Serangan terhadap tempat ibadah tidak dapat diterima. Orang-orang yang mencari perlindungan harus dihormati dan dilindungi, tidak diserang," kata Stephanie Tremblay, jubir associate untuk sekjen PBB, Kamis (17/7/2025).

BACA JUGA: Israel Ingin Dirikan 'Kota Kemanusiaan' di Gaza, Liga Arab Serukan Komunitas Internasional Menentang

Dia mengatakan, sudah terlalu banyak nyawa yang terenggut. Karena itu Sekjen PBB mengajak kepada semua pihak agar selalu menghormati dan melindungi warga sipil, serta memastikan bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Gaza dalam skala besar.

"Bahwa terdapat kebutuhan mendesak untuk gencatan senjata segera serta perlindungan segera dan tanpa syarat bagi semua sandera," sebutnya.

Sebelumnya, OCHA pada Rabu (16/7/202) mengatakan bahwa serangan Israel dalam 24 jam terakhir telah menghancurkan lokasi-lokasi yang menampung para pengungsi Palestina, menyebabkan sejumlah orang terluka dan meninggal dunia.

Antara 8 hingga 15 Juli, menurut OCHA, lebih dari 11.600 orang terpaksa mengungsi lagi, sehingga total pengungsi sejak gencatan senjata berakhir pada 18 Maret kini mencapai lebih dari 737.000 orang, atau sekitar 35 persen dari seluruh penduduk Gaza.

Sejak perang di Gaza meletus 21 bulan lalu, hampir seluruh penduduk mengalami pengungsian, bahkan dalam banyak kasus terjadi beberapa kali.

BACA JUGA: Mahmoud Abbas Desak Hamas Serahkan Senjata kepada Otoritas Palestina

Kantor tersebut mengatakan bahwa sebagian besar perumahan di Gaza rata-rata memiliki tanah atau tidak dapat dihuni, dan banyak keluarga yang tinggal di tempat terbuka.

Sementara itu, banyak pengungsi yang ragu untuk mandi di Laut Mediterania setelah pihak berwenang Israel memberlakukan kembali larangan akses ke laut di sepanjang pantai Gaza, khususnya melarang aktivitas berenang dan memancing.

Bagi banyak orang, laut menjadi satu-satunya pilihan mereka untuk bersih-bersih, karena infrastruktur udara yang nyaris kolaps, kata OCHA.

Kekurangan bahan bakar terus berlanjut, tambah OCHA, sementara jumlah bahan bakar yang diizinkan Israel masuk ke Gaza masih jauh dari cukup untuk menjaga layanan yang menyelamatkan nyawa tetap berjalan.

“Hari ini, ada sebuah langkah maju yang kecil namun penting, yaitu untuk pertama kalinya dalam lebih dari 135 hari, kami akhirnya untuk membawa benzena, yang menjadi bahan bakar untuk ambulans dan layanan penting lainnya,” ujar para aktivis kemanusiaan.

"Itu merupakan tambahan dari pasokan tenaga surya dalam jumlah terbatas yang telah selama sepekan terakhir," sambungnya.

(Zie/Nusantaraterkini.co)

Sumber: Xinhua