Nusantaraterkini.co, Jakarta - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon yang menyangkal peristiwa pemerkosaan massal pada 1998.
Aktivis '98 mengecam pernyataan dari Fadli Zon dan menuntut Presiden Prabowo agar kader Gerindra itu dipecat dari kursi menteri.
BACA JUGA: Spanduk Besar Kecam Fadli Zon Dibentangkan di Fly Over Kota Medan
Salah satu aktivis '98, Mustar Bona Ventura menyampaikan peristiwa pemerkosaan 1998 benar adanya.
"Pemerkosaan terhadap kaum perempuan tahun '98 itu benar terjadi. Itu benar terjadi dan betul-betul ada peristiwanya," tegas Muustar Bona Ventura, Kamis (19/6/2025).
Dia menilai seharusnya Fadli Zon tak mengeluarkan pernyataan yang menyakitkan. Apalagi negara belum mengungkap para pelaku pemerkosaan tersebut.
"Harusnya Fadli Zon tak menyampaikan asal bicara itu. Ini menyakitkan dan Jahat. Menurut kami tak pantas. Maka tak ada pilihan harusnya Presiden Prabowo berani mengambil sikap, mengambil keputusan, orang seperti ini harus diberhentikan, dipecat, karena ini menodai sejarah," tandas bekas alumni Universitas Kristen Indonesia (UKI) ini.
Sebelumnya, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengapresiasi terhadap publik yang semakin peduli pada sejarah, termasuk era transisi reformasi pada Mei 1998.
Fadli Zon mengatakan peristiwa huru hara pada 13-14 Mei 1998 memang menimbulkan sejumlah silang pendapat dan beragam perspektif, termasuk ada atau tidak adanya perkosaan massal.
Bahkan, menurut dia, liputan investigatif sebuah majalah terkemuka tak dapat mengungkap fakta-fakta kuat soal 'massal' ini.
Demikian pula, kata Fadli, laporan TGPF ketika itu hanya menyebut angka tanpa data pendukung yang solid, baik nama, waktu, peristiwa, tempat kejadian, maupun pelaku.
BACA JUGA: Pulihkan Hutan di Langkat, 2.000 Pohon Sawit Ilegal Dieksekusi DLHK dan Walhi Sumut
Di sinilah, dia menyebutkan, perlu kehati-hatian dan ketelitian karena menyangkut kebenaran dan nama baik bangsa.
"Saya tentu mengutuk dan mengecam keras berbagai bentuk perundungan dan kekerasan seksual pada perempuan yang terjadi pada masa lalu dan bahkan masih terjadi hingga kini. Apa yang saya sampaikan tidak menegasikan berbagai kerugian atau pun menihilkan penderitaan korban yang terjadi dalam konteks huru hara 13-14 Mei 1998," kata Fadli.
(cw1/nusantaraterkini.co)