Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Pelantikan Donald Trump Sebagai Presiden AS Akan Ikut Menentukan Dinamika Ekonomi Global dan Arah Pasar Dunia

Editor:  Wiwin
Reporter: Redaksi
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
Pelantikan Trump sebagai Presiden AS akan ikut menentukan dinamika ekonomi global. Termasuk membawa sentimen bagi arah pasar saham dunia. Investor di pasar saham Indonesia pun perlu mencermati sentimen ini.(sumber foto: reuters)

Nusantaraterkini.co, Jakarta - Menjelang pelantikan presiden AS terpilih Donald Trump untuk masa jabatan keduanya. Trump bersama James David Vance sebagai wakil presiden, akan dilantik pada Senin (20/1) pukul 12.00 waktu setempat atau Selasa (21/1) dini hari waktu Indonesia.

Pelantikan Trump sebagai Presiden AS akan ikut menentukan dinamika ekonomi global. Termasuk membawa sentimen bagi arah pasar saham dunia. Investor di pasar saham Indonesia pun perlu mencermati sentimen ini.

BACA: Pasar Saham Indonesia Sedang Kembali Bergairah Sambil Menanti Pelantikan Donald Trump

Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan melihat pelantikan Trump bisa membawa dampak yang beragam. Berkaca dari masa jabatan sebelumnya, Trump sering menerbitkan kebijakan yang kontroversial dan memengaruhi pasar global.

"Ada kemungkinan untuk terjadinya peningkatan ketegangan perdagangan atau geopolitik, yang bisa mengarah pada penguatan dolar AS dan pelarian modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia," ungkap Felix.

BACA: Analis Pasar: IHSG Bergerak Fluktuatif dan Berpeluang Melanjutkan Pola Minor Bullish Reversal

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan sepakat, efek Trump tergantung dari arah kebijakan yang akan diambil setelah resmi menjabat. Kebijakan Trump cenderung proteksionis, yang bisa memunculkan kembali ketegangan perdagangan.

Terutama dengan China, yang notabene merupakan mitra dagang utama Indonesia. "Jika ini terjadi, ketidakpastian global yang meningkat dapat memicu tekanan pada pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini dapat kembali meningkatkan capital outflow" ungkap Ekky.

BACA: IHSG Bertengger di Zona Hijau Naik 47,14 Poin Ke Level 7.154,66 Sore Ini

Namun jika kebijakan Trump tidak sekeras yang dikhawatirkan dengan lebih fokus mendukung pertumbuhan ekonomi domestik AS tanpa memicu eskalasi ketegangan dagang, maka dampaknya bisa lebih netral. 

Dus, Ekky memprediksi untuk pekan ini atau sampai akhir Januari, pelaku pasar akan menanti arah kebijakan yang lebih konkret dari Trump.

"Melihat data ekonomi AS satu bulan ke belakang yang menguat, ada kemungkinan AS akan tetap menerapkan tarif dagang yang lebih ketat. Namun, sebagian besar sentimen ini seharusnya sudah diantisipasi oleh pasar," terang Ekky.

BACA: IHSG Bergerak Liar Naik Tipis 4,476 Poin ke Level 7.021,355 di Perdagangan Selasa (14/1/2025)

Analis Henan Putihrai Sekuritas Tristan Elfan menambahkan, pasar akan menanti kebijakan tarif AS kepada China, yang memiliki implikasi signifikan terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi global.

Tarif ini berpotensi meningkatkan inflasi melalui penguatan nilai tukar dolar dan kenaikan harga barang impor seperti yang terjadi selama perang dagang tahun 2018-2019.

Meski di sisi yang lain, Asia Tenggara berpotensi mendapatkan manfaat dari realokasi perdagangan akibat kebijakan tarif ini. Selain perang dagang dengan China, Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih menyoroti sinyal kenaikan bea impor AS untuk anggota BRICS yang berupaya melakukan dedolarisasi.

Ancaman terhadap BRICS bisa berpengaruh negatif bagi Indonesia yang merupakan anggota baru. Di tengah sentimen pelantikan Trump, Chief Executive Officer Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo memperkirakan pelaku pasar akan wait and see terlebih dulu.

Pasar akan melihat arah kebijakan The Fed yang diperkirakan tidak agresif melakukan penurunan suku bunga, mengingat laju inflasi tahunan yang kembali naik serta ekonomi AS yang masih solid. Praska juga menaksir nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan melemah dalam jangka pendek.

Pada saat yang sama, Praska menilai arus dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia terbilang belum masif atau masih cenderung bersifat sementara. Technical Analyst BRI Danareksa Sekuritas Reyhan Pratama sepakat, pelaku pasar akan cenderung wait and see terhadap dampak pelantikan Trump.

Kebijakan proteksionis Trump berpotensi memicu ketidakpastian global. "Ini dapat berdampak pada capital outflow dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, terutama jika risiko geopolitik meningkat," terang Reyhan.