Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Pertumbuhan PDB Global Diproyeksikan Melambat jadi 2,9 Persen pada 2025 dan 2026

Editor:  Rozie Winata
Reporter: Redaksi
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
Foto dari udara yang diabadikan menggunakan drone ini menunjukkan pemandangan terminal peti kemas Pelabuhan Nanjing di Provinsi Jiangsu, Cina timur, pada 16 April 2025. (Foto: Xinhua/Fang Dongxu)

Nusantaraterkini.co, PARIS - Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global diproyeksikan akan melambat dari 3,3 persen pada tahun 2024 menjadi 2,9 persen pada tahun 2025 dan 2026.

Hal ini disampaikan organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) pada Selasa (3/5/2025).

Dalam Proyeksi Ekonomi terbarunya, OECD merevisi proyeksi pertumbuhan globalnya, dengan mempertimbangkan asumsi teknis bahwa kebijakan tarif yang diterapkan hingga pertengahan Mei akan tetap diberlakukan, meskipun sejumlah peraturan hukum masih berlangsung.

OECD memperingatkan bahwa apabila tren-tren saat ini terus berlanjut, seperti meningkatnya hambatan perdagangan, pengetatan kondisi keuangan, melemahnya kepercayaan bisnis dan konsumen, serta meningkatnya izin kebijakan, maka semua itu dapat secara signifikan menghambat prospek pertumbuhan global.

OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan melambat secara signifikan menjadi 1,6 persen pada tahun 2025 dan 1,5 persen pada tahun 2026.

Baca Juga: Legislator: Perbaikan Iklim Investasi Kunci Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 2026

Menurut OECD, indikator data lunak (soft data) terkini terkini, seperti survei sentimen konsumen dan bisnis serta ekspektasi inflasi, menunjukkan adanya penurunan signifikan pada pertumbuhan PDB riil di AS.

Untuk kawasan euro, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan mencapai 1 persen pada tahun 2025 dan 1,2 persen pada tahun 2026, tidak berubah dari proyeksi sebelumnya, seiring dengan permintaan luar negeri yang membaik secara bertahap. OECD menambahkan proyeksi kawasan tersebut didukung oleh membaiknya kondisi keuangan dan turunnya harga energi.

Di antara negara-negara dalam blok tersebut, perekonomian Jerman diperkirakan akan tumbuh 0,4 persen pada tahun 2025 dan 1,2 persen pada tahun 2026.

“Pemulihannya akan didorong oleh permintaan domestik,” kata OECD seraya menambahkan bahwa konsumsi swasta akan meningkat karena rendahnya inflasi, kenaikan upah nominal, dan menurunnya kebijakan pelayanan dalam negeri.

Sedangkan untuk Prancis, OECD memproyeksikan pertumbuhan PDB akan melambat menjadi 0,6 persen pada tahun 2025 karena masih tingginya cakupan terkait kebijakan ekonomi. Namun proyeksi perekonomian mulai pulih secara bertahap dan mencapai pertumbuhan 0,9 persen pada tahun 2026.

Konsumsi swasta akan menjadi mesin pertumbuhan utama pada tahun 2025, karena ekspor akan dipengaruhi oleh meningkatnya ketegangan perdagangan dan investasi akan terhambatnya akibat meningkatnya pendengaran, menurut OECD.

Meski begitu, OECD mengisyaratkan bahwa pemulihan ekonomi Prancis pada tahun 2026 akan didorong oleh menguatnya investasi dan tetap stabilnya belanja konsumen.

Mengenai inflasi utama, OECD mengatakan bahwa perekonomian negara-negara anggota G20 diperkirakan akan mengalami penurunan inflasi dari 6,2 persen pada tahun 2024 menjadi 3,6 persen pada tahun 2025, dan selanjutnya menjadi 3,2 persen pada tahun 2026.

“Inflasi di negara-negara G20 diperkirakan akan menurun secara bertahap hingga tahun 2026, dengan dampak inflasi akibat hambatan perdagangan yang lebih tinggi diimbangi oleh penurunan harga minyak,” kata OECD dalam proyeksi ekonominya.

Namun, Kepala Ekonom OECD Alvaro Pereira menekankan bahwa proteksionisme dapat meningkatkan tekanan inflasi, serta ekspektasi inflasi telah meningkat secara substansial di beberapa negara.

Inflasi tahunan di AS diperkirakan akan melonjak hingga 3,9 persen pada akhir tahun 2025, seiring penerapan tarif baru yang pada akhirnya dibebankan kepada konsumen.

"Inflasi utama di kawasan euro diproyeksikan akan terus melandai," ungkapnya.

Baca Juga: DPR Optimis Target Pertumbuhan Ekonomi 5,8 Persen Tercapai di 2026

Pereira mengimbau kepada pemerintah untuk bekerja sama mengatasi ancaman dan menjalankan reformasi guna mendorong pertumbuhan dan lapangan kerja.

“Perjanjian perdagangan untuk mengatasi ketegangan yang ada dan mengurangi atau menghilangkan hambatan harus disertai dengan lebih banyak upaya guna meningkatkan kerja sama multilateral,” tutur Pereira.

Pereira menyarankan agar pemerintah juga mengatasi berbagai tantangan domestik untuk mendorong pertumbuhan dan meningkatkan standar hidup secara berkelanjutan, dengan mendorong dunia usaha dan investasi publik serta dengan menjalankan reformasi struktural yang meningkatkan produktivitas guna meningkatkan daya saing ekonomi mereka.

(Zie/Nusantaraterkini.co)

Sumber: Xinhua