Nusantaraterkini.co, Jakarta - Pada awal perdagangan hari ini. Senin (8/9/2025) Nilai tukar rupiah di pasar spot perkasa dibuka di level Rp 16.386 per dolar Amerika Serikat (AS).
Baca Juga : Analisis Pasar: Penguatan Terbatas Nilai Tukar Rupiah Ditopang Pernyataan Pemerintah
Ini membuat rupiah menguat 0,29% dibanding penutupan Jumat (5/9/2025) yang berada di Rp 16.433 per dolar AS. Alhasil, rupiah menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia.
Pergerakan mata uang di Asia bervariasi dengan kecenderungan menguat. Di mana, peso Filipina berada satu tingkat di bawah rupiah setelah melesat 0,24%.
Baca Juga : Analis Pasar: Nilai Tukar Rupiah Diperkirakan Bergerak Fluktuatif Hari Ini
Selanjutnya ada ringgit Malaysia yang menanjak 0,23% dan dolar Taiwan yang terapresiasi 0,22%. Disusul, baht Thailand yang terkerek 0,04%.
Berikutnya, dolar Singapura naik 0,02% dan dolar Hongkong menguat tipis 0,01% di pagi ini.
Baca Juga : Nilai Tukar Rupiah 'Unjuk Gigi' di Tengah Gejolak Politik dan Demo Besar-besaran
Sementara itu, yen Jepang menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah anjlok 0,45%.
Kemudian ada won Korea Selatan yang turun 0,13% dan yuan China yang terlihat melemah tipis 0,01% terhadap the greenback.
Rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan pertama September 2025.
Baca Juga : Analis Pasar: IHSG Diproyeksi Berpeluang Menguat dalam Jangka Pendek
Pada Jumat (29/8/2025), rupiah di Jisdor BI berada di level Rp 16.461 per dolar AS. Sempat melemah Rp 16.463 per dolar AS pada Senin (1/9/2025), rupiah Jisdor akhirnya ditutup menguat 0,13% dalam sepekan ke Rp 16 438 per dolar AS pada Kamis (4/9/2025).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso menyampaikan, perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah pekan pertama September. Ia menyebut pada akhir hari Rabu, 3 September 2025 rupiah ditutup pada level (bid) Rp 16.410 per dolar AS dan Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke 6,38%.
Adapun, indeks dolar AS (DXY) menguat ke level 98,14 dan Yield UST (US Treasury) 10 tahun turun ke 4,217%.
Kemudian, pada pagi hari Kamis, 4 September 2025 rupiah dibuka pada level (bid) Rp Rp16.430 per dolar AS dan Yield SBN 10 tahun turun di 6,35%.
Selain itu, aliran modal asing pada pekan pertama September 2025 antara lain premi CDS Indonesia 5 tahun per 3 September 2025 sebesar 71,57 bps, naik dibanding dengan 29 Agustus 2025 sebesar 69,52 bps.
Berdasarkan data transaksi 1 – 3 September 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 16,85 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp 3,87 triliun di pasar saham, Rp 7,69 triliun di pasar SBN dan Rp 5,29 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 3 September 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 51,78 triliun di pasar saham dan Rp 106,38 triliun di SRBI serta beli neto sebesar Rp 68,02 triliun di pasar SBN.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” ujar Ramdan dalam keterangan resminya