Nusantaraterkini.co - Pada perdagangan Jumat (22/11/2024) harga minyak mentah dunia mengalami penurunan tetapi tetap mencatatkan kenaikan mingguan hampir 4% seiring meningkatnya eskalasi perang di Ukraina yang mengembalikan premi risiko geopolitik ke pasar minyak.
BACA: Analis Pasar: Kurs Rupiah Berfluktuasi Nyaris Menyentuh Rp16.000 Per Dolar AS
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 65 sen, atau 0,88%, menjadi US$73,58 per barel pada pukul 13.12 GMT.
Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 66 sen, atau 0,94%, menjadi US$69,44 per barel.
Tekanan pada harga minyak pada Jumat juga disebabkan oleh aktivitas bisnis zona euro yang memburuk tajam.
BACA: Pulau Kerengge di Selat Singapura Dijual Rp12 Miliar, BP2D Kepulauan Riau Angkat Bicara
Sektor jasa yang dominan di kawasan tersebut mengalami kontraksi, sementara manufaktur semakin terjerumus dalam resesi.
Di sisi lain, lapangan minyak terbesar Kazakhstan, Tengiz, dilaporkan akan kembali berproduksi penuh pada awal Desember, menurut laporan kantor berita Rusia, Interfax.
Selain itu, Kementerian Energi Kazakhstan mengungkapkan rencana produksi minyak sebesar 90 juta ton pada 2025, naik dari 88 juta ton pada 2024.
BACA: Pulau Kerengge yang Subur Tidak Berpenghuni di Kepulauan Riau Dijual Rp12 Miliar
Meski demikian, kedua kontrak minyak utama mencatatkan kenaikan mingguan hampir 4% karena Rusia meningkatkan serangan terhadap Ukraina.
Baca Juga: Harga Minyak Global Naik Kamis (21/11), WTI ke US$69,39 per Barel
Langkah ini dilakukan setelah Inggris dan Amerika Serikat mengizinkan Ukraina menggunakan misil jarak jauh untuk menyerang wilayah Rusia.
BACA: Rekomendasi 5 Surga Wisata di Kepulauan Riau, Ada Jembatan Mirip Golden Gate di San Fransisco, AS
“Eskalasi konflik Rusia-Ukraina telah meningkatkan ketegangan geopolitik melampaui level yang terlihat selama konflik setahun antara Israel dan militan yang didukung Iran,” ujar analis Saxo Bank, Ole Hansen, pada Jumat.
Ia juga menambahkan bahwa meningkatnya margin kilang serta ancaman cuaca dingin turut mendukung kenaikan margin keuntungan kilang distilat dan harga minyak secara keseluruhan pekan ini.
Kremlin mengatakan bahwa serangan terhadap Ukraina menggunakan misil balistik hipersonik yang baru dikembangkan adalah pesan kepada Barat bahwa Rusia akan merespons keras setiap tindakan "sembrono" dalam mendukung Ukraina.
Baca Juga: Emiten Energi Bakal Tersengat Kabinet Trump yang Pro Energi Fosil
Sementara itu, Ukraina menggunakan drone untuk menyerang infrastruktur minyak Rusia. Misalnya, pada Juni lalu Ukraina menggunakan drone jarak jauh untuk menyerang empat kilang minyak Rusia.
"Yang dikhawatirkan pasar adalah kerusakan tak terduga pada sektor minyak, gas, dan kilang yang tidak hanya menyebabkan kerugian jangka panjang tetapi juga mempercepat eskalasi perang," kata analis PVM John Evans.
Faktor lain yang mendukung harga minyak minggu ini adalah langkah China yang mengumumkan kebijakan untuk mendorong perdagangan, termasuk dukungan untuk impor produk energi, di tengah kekhawatiran atas ancaman tarif dari Presiden AS terpilih Donald Trump.
Impor minyak mentah China diperkirakan akan meningkat pada November, menurut analis, pedagang, dan data pelacakan kapal.