nusantaraterkini.co, MEDAN - Kepala Desa Kampung Giching, Azlan Abdul Rahman, mengaku terkejut dan tak percaya sekolah yang berada di dekat rumahnya di Sepang, Malaysia, ternyata dipakai sebagai tempat pelecehan anak.
Selama ini dia beranggapan kalau sekolah tersebut memiliki tujuan baik.
Tepatnya pada Rabu (11/9/2024) polisi Malaysia menyelamatkan lebih dari 400 anak di puluhan panti asuhan dan sekolah. Ratusan orang itu diduga korban pelecehan anak oleh pengelola panti yang terkait Global Ikhwan Services and Business (GISB).
Baca Juga : Malaysia Tangkap 171 Orang yang Diduga Terkait Pelecehan Anak
Azlan pun mengaku kaget dan ngeri bukan main mengetahui tempat yang dipikirnya bertujuan baik, malah jadi lokasi dugaan pidana serius.
"Penghuni pusat itu hampir tidak pernah berbicara dengan siapa pun di sini dan saya merasa ada beberapa hal baik di sana, tetapi saya merasa ngeri dengan apa yang saya baca setelahnya," kata Azlan seperti dikutip dari The Star.
"Sebagai pusat keagamaan sungguh memalukan hal-hal seperti itu diduga terjadi, bukan di tempat di mana anak-anak harusnya dibesarkan dengan bimbingan agama yang ketat," sambung dia.
Baca Juga : Tahanan Polsek Ujung Pandang Tewas, Ini Penyebabnya
Azlan mengaku selama penggerebekan dia pergi ke tempat tersebut demi mencari tahu informasi sebenarnya. Akan tetapi, polisi tidak mengungkap dengan rinci operasi tersebut.
Sementara itu, dari laporan kepolisian, mereka menangkap 171 orang termasuk ustaz.
Penggerebekan serentak di rumah panti asuhan di kedua negara bagian itu mengakibatkan penangkapan 171 orang termasuk pengurus, ustaz (guru agama) dan ketua tempat tersebut," kata Inspektur Jenderal Polisi Malaysia, Razarudin Husain, pada Rabu, seperti dikutip dari New Straits Times.
Polisi menangkap 66 tersangka pria dan 105 wanita berusia antara 17 dan 64 tahun. Belum diungkap identitas mereka yang ditangkap termasuk yang disebut sebagai ustaz.
Menurut Razarudin, ratusan anak itu termasuk 201 laki-laki dan 201 perempuan berusia antara satu hingga 17 tahun.
Penggerebekan dilakukan sebagai tanggapan atas laporan warga yang diajukan bulan September ini atas adanya penelantaran, penganiayaan, pelecehan seksual, dan penganiayaan di tempat tersebut.
Sedangkan GISB yang disebut-sebut sebagai pengelola membantah keterlibatan. Mereka mengatakan siap kooperatif dengan penyelidikan aparat berwenang.
(Dra/nusantaraterkini.co).