Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Pengamat: Wacana Koalisi Permanen dan Prabowo Nyapres di 2029 Bakal Berdampak pada Kelancaran Program Prioritas Pemerintah

Editor:  Rozie Winata
Reporter: Luki Setiawan
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
Prabowo saat di HUT Gerindra (Foto: dok Gerindra)

Nusantaraterkini.co, JAKARTA - Partai Gerindra telah mendeklarasikan Prabowo Subianto untuk maju lagi di Pemilu 2029 mendatang dan Gerindra pun mewacanakan untuk membentuk koalisi permanen demi mengamankan Prabowo untuk bisa memimpin selama dua periode.

Pengamat politik Adi Prayitno menilai, ide koalisi permanen dan juga dorongan Prabowo maju kembali di Pilpres 2029 dikhawatirkan bakal berdampak pada kelancaran program prioritas di pemerintahannya nanti.

“Memang ada kecenderungan koalisi itu agak sedikit gaduh, agak sedikit heboh kalau sudah mau jelang pemilu. Tentu Prabowo khawatir jelang pemilu di 2029 misalnya partai-partai pendukungnya di KIM Plus mulai bermanuver, pecah kongsi dan mulai menunjukkan sikap yang tidak kompak. Tentu itu tidak kondusif dan berbahaya bagi program strategis pro rakyat yang dicanangkan Prabowo,” ujarnya, Selasa (18/2/2025).

Adi pun mengumpamakan koalisi permanen adalah strategi Prabowo mengunci dukungan parpol kepadanya, saat dia kembali maju dalam persaingan pilpres lima tahun mendatang.

"Perjalanan menuju 2029 masih panjang. Perubahan sangat mungkin terjadi di tengah jalan, karena dinamika politik Indonesia yang tidak mungkin berada di ruang hampa. Selalu ada paradoks dalam setiap situasi yang berkembang, dan itu bukan mustahil akan melonggarkan kuncian yang dilakukan Prabowo," tuturnya.

"Belajar dari pengalaman, tidak ada yang menyangka bahwa koalisi Jokowi dan PDIP akhirnya berantakan di akhir setelah 10 tahun tampak kokoh," kata Adi.

Baca Juga: Formappi: Wacana Ide Koalisi Permanen Ekspresi Ketakutan Prabowo akan Soliditas Parpol Pendukung

Sedangkan, Pengamat Hukum dan Pembangunan dari Universitas Airlangga, Hardjuno Wiwoho, menilai keputusan Gerindra mendorong Prabowo serta mewacankan koalisi permanen sebagai sinyal bagi politisi muda, termasuk Gibran Rakabuming Raka, untuk tidak berandai-andai dalam kontestasi politik 2029.

"Dengan keputusan ini, artinya Prabowo Subianto menegaskan dirinya siap menjalani dua periode kepemimpinan. Spekulasi bahwa ia hanya akan menjabat selama dua tahun lalu menyerahkan posisi presiden kepada Gibran tanpa pemilu terbantahkan. Ini juga menegaskan bahwa Prabowo dalam kondisi sehat dan siap memimpin selama dua periode penuh," ujarnya.

Hardjuno juga menggaris bawahi isu utang budi dalam politik, menegaskan bahwa pemimpin harus lebih mengutamakan kepentingan bangsa ketimbang loyalitas personal.

"Prabowo pernah mengatakan bahwa dirinya siap mati untuk bangsa. Jika nyawa saja dia serahkan untuk bangsa, apalagi sekadar urusan pertemanan. Jangan sampai seorang pemimpin merasa berutang budi kepada individu atau kelompok tertentu, tetapi ia harus sadar bahwa utang budinya adalah kepada 280 juta rakyat Indonesia yang memilihnya," tegasnya.

Mustahil Calon Tunggal

Sementara itu, Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat mengungkapkan keraguannya soal wacana koalisi permanen yang diusulkan Presiden Prabowo Subianto terhadap partai pendukungnya saat ini.

Baca Juga: PKB Dukung Penuh Efisiensi Anggaran dan Siap Koalisi Permanen dengan Gerindra Pemilu 2029

Djarot menilai bahwa politik sangat bergerak dinamis. Menurut dia, rakyat memiliki kedaulatan untuk menentukan pilihan dalam politik.

"Politik sangat dinamis, dan kita serahkan kepada rakyat yang punya kedaulatan tertinggi," kata Djarot.

Menurut dia, publik akan melihat apakah semua partai pendukung akan kembali mengusung Prabowo empat tahun lagi atau pada Pilpres 2029. Namun, dia meyakini tidak akan ada calon tunggal pada pilpres.

"Kita akan lihat apakah semua partai konsisten, empat tahun lagi, mengusung Prabowo di Pilpres 2029. Hampir mustahil kalau Pilpres hanya diikuti calon tunggal," tandasnya.

(cw1/Nusantaraterkini.co)

Advertising

Iklan