Nusantaraterkini.co, JAKARTA - Menteri Keuangan Republik Indonesia yang baru, Purbaya Yudhi Sadewa menggelar rapat kerja perdana dengan Komisi XI DPR RI yang membidangi Keuangan, Perencanaan Pembangunan Nasional, Moneter, dan Sektor Jasa Keuangan, di Gedung DPR RI, Rabu (10/9/2025).
Baca Juga : Profie Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa Pilihan Prabowo yang Gantikan Sri Mulyani
Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun meminta Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa untuk menerjemahkan visi besar Presiden Prabowo di hadapan Komisi XI DPR RI yang merupakan representasi dari rakyat Indonesia.
Misbakhun juga berharap Menkeu Purbaya menyampaikan presentasinya sebagai seorang Purbaya bukan duplikasi dari siapapun atau tidak menjadi bayang-bayang Menteri Keuangan sebelumnya.
Baca Juga : Purbaya Jabat Menkeu, Legislator Ingatkan Ekonomi Berdikari dan Inklusif
Selengkapnya, ini lah transkrip lengkap harapan Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun yang dikutip Nusantaraterkini.co dari Rekaman Video Siaran Langsung TV Parlemen:
"Berapa kali disampaikan oleh Bapak Presiden, yang ada itu adalah visi-misinya Presiden, tidak ada visi menteri, yang ada visi-misi Presiden. Saya kepingin yang ada di hadapan saya ini, seorang Purbaya sebagai seorang Purbaya. Bukan duplikasinya siapapun, bukan bayangannya menteri sebelumnya atau siapa. Yang saya kenal Pak Purbaya yang 1, 2, 3, 4 itu seorang ekonom, seorang intelektual, seorang yang mempunyai latar belakang dengan segala experience yang ada, itu mewujudkan visi-misinya Presiden. Saya sadar Pak sepenuhnya, bahwa ini hari ketiga Bapak sebagai Menteri Keuangan, Bapak harus memaparkan sebuah paparan yang ibaratnya orang itu langsung freestyle jumping. Bapak harus memaparkan dan Bapak harus mengkonsolidasikan di internal Bapak. Di paparan ini saya belum ketemu Purbaya Pak. I'm not found the real Purbaya," ungkap Misbakhun setelah mendengar paparan Purbaya dan saat akan menutup Rapat Kerja dengan Menkeu.
"Bapak harus menemukan, membuat sebuah frame besar, seorang Purbaya menerjemahkan visi-misinya Presiden Prabowo di ekonomi, dalam fiscal policy, dalam sebuah desain besar APBN, pertumbuhan 8% yang menjadi cita-citanya Presiden itu akan diwujudkan dengan cara apa. Ketika kita menghadapi situasi fiskal yang defisit, keluar dari fiskal defisit ini seperti apa? Saya harus konsolidasikan seperti apa? Dengan instrumen kekuasaan Bapak diberikan oleh kewenangan undang-undang di PIISK bahwa adalah konsolidator dan koordinator di KSSK. Instrumen kekuasaan itu ada di tangan Bapak," sambungnya.
"In your shoulder. Saya ingin dalam perjalanan waktu ke depan, desain ekonomi, desain besarnya itu akan seperti apa? Framework Bapak, mewujudkan itu. Bagaimana kita keluar dari zona defisit ketika Pak Presiden dalam pidatonya, itu bukan sebuah retorik, tapi itu sebuah keinginan seorang kepala negara untuk membuat APBN itu zero defisit. Mungkinkah? Ketika pertanyaan mungkinkah? Siapa yang akan menjawab probability ini? Ya, para pembantu Presiden. Kita menghadapi sebuah tekanan desain ekonomi kita saat ini, Pak. Kita menghadapi constraint mengenai pertumbuhan kita yang stagnan di 5%," ungkapnya.
"Orang selalu membandingkan dengan Vietnam, walaupun itu sizing ekonomi dan sebagainya, dengan rasionalisasi yang kemudian kita mengatakan, oh kita gak bisa dibandingkan dengan Vietnam. Tapi di tetangga kita, Vietnam bisa lebih dari 5%, Filipin bisa lebih dari 5%, Terus kemudian isu, di luar isu surat utang, menutup defisit itu, kita ada isu yang tidak kalah pentingnya, kenapa tingkat suku bunga negara selevel Indonesia, itu tingkat suku bunganya masih di kisaran 6-7%. Dan itu kan memberikan tekanan di ruang fiskal yang tersendiri terhadap biaya bunga," sebutnya.
"Kita harus spending hampir Rp800 triliun untuk membiayai bunga pinjaman kita yang jatuh tempoh di tahun berjalan. Kita ingin nanti ke depan, rapat kita itu Pak, tadi sudah disampaikan bagaimana strategi mengelola kewenangan Bapak sebagai bendara umum negara. Dan kemudian kita ingin tahu desainnya seperti apa?," katanya lagi.
"Tekanan defisit itu datang dari mana sih? Karena tekanan itu datang, karena tax ratio kita di bawah. Nah, kalau kita mengatakan bahwa tax ratio kita itu rendah karena fasilitas fiskal dan sebagainya, kita ingin tahu desain apa yang akan Bapak tawarkan. Di saat yang sama ini kita butuh investasi asing, apakah insentif fiskal itu sudah bisa mendongkrak FDI kita seberapa besar dan memberikan dorongan seberapa besar terhadap pertumbuhan?"
"Di dalam struktur pertumbuhan itu sendiri, konsumsi memberikan sumbangsi paling besar. PMTB yang kedua, pembentukan modal tetap bruto, dimana di dalamnya adalah investasi swasta, kemudian berikutnya adalah belanja pemerintah, ekspor-impor dan sebagainya. Desain ini kan harus Bapak rumuskan dalam sebuah frame besar," harapnya.
"Siapa tim Bapak? Kalau anggota kabinet pasti itu adalah pilihan presiden, political appointee. Siapa tim di belakang layar? Birokrat mana yang Bapak percaya? Nah inilah yang saya ingin Purbaya adalah seorang Purbaya yang mempunyai desain ingin mewujudkan keinginan presiden itu," pungkasnya sembari mengetuk palu menutup sidang Raker.
(fer/nusantaraterkini.co)