Nusantaraterkini.co, SAMOSIR - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Samosir mencederai nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Batak. Dimana hutan merupakan Parjoloan Ni Daging.
Kebakaran hutan dan lahan terjadi sejak Selasa (1/7/2025) hingga Kamis (4/7/2025) sore, api masih menyala terpantau di beberapa titik di Hutan Pinus Tele, Jalan Lintas Tele, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir.
Kabupaten Samosir sebagai bagian dari kawasan Danau Toba memiliki hutan yang penting secara ekologis, sosial dan budaya. ironisnya, kebakaran mencederai nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Batak, yang selama ini hidup berdampingan dengan alam.
Dimasa lalu, hutan dianggap sebagai "Parjoloan Ni Daging" yang artinya hutan merupakan penyangga kehidupan. Kini, hutan justru sebagai medan eksploitasi.
Kebakaran diduga dipicu oleh aktivitas pembakaran yang dilakukan secara sengaja oleh warga.
Menanggapi terkait hutan yang mencederai nilai-nilai kearifan lokal, Ketua Lembaga Adat Pangururan/Ketua Siraja Oloan Kabupaten Samosir, Manogar Naibaho, mengatakan menjaga kelestarian alam dan menghormati leluhur kian memudar.
"Budaya dan adat masih kental, tetapi mengalami penurunan terhadap menjaga hutan sebagai Parjoloan Ni Daging atau hutan sebagai penyangga kehidupan. Selain itu, menghormati leluhur juga mulai pudar sehingga ketika ada pembukaan atau peresmian objek wisata, tidak dilakukan tradisi leluhur seperti zaman dulu, padahal kita orang batak yang di Samosir sudah sejak dari dulu hidup berdampingan dengan alam," ucapnya.
Manogar sebagai tokoh adat di Samosir, melanjutkan bahwa pentingnya edukasi kepada anak muda, maupun warga terkait mencintai alam dan menghormati leluhur sebagai orang batak.
“Kami sedang giat mengedukasi generasi muda untuk menghargai alam, karena hutan adalah sumber kehidupan, bukan sesuatu yang bisa dikorbankan melainkan harus di jaga kelestarianya,” ujarnya.
Baca Juga: Dampak Kebakaran Hutan, Pelaku Usaha di Menara Pandang Tele Mengeluh Pendapatan Jeblok
Ia juga mengajak warga Samosir untuk menjaga hutan agar tetap lestari dan melestarikan kearifan lokal dengan menghomati leluhur.
"Mari mencintai hutan serta alamnya dan melestarikan kearifan lokal dengan menghormati leluhur. Bersama-sama kita menghimbau masyarakat untuk menjaga satu sama lain, dengan menghindari terjadinya pembakaran hutan secara sengaja dan mencegah terjadi kerusakan alam di Kabupaten Samosir. "Cintai lah alam semestamu," tegasnya.
(jas/nusantaraterkini.co)