nusantaraterkini.co, MEDAN - Burung biasanya identik dengan kicauan yang khas dan corak bulu yang beraneka ragam warna. Namun, ada satu burung yang sangat berbahaya bila bersentuhan dengan manusia.
Mungkin masih banyak yang belum mengetahui jenis burung tersebut. Meski memiliki warna yang indah dan berbadan kecil, namun burung ini sangat mematikan. Kira-kira sahabat Nuter (sebutan untuk pembaca setia nusantaraterkini.co) tahu apa nama burung itu?
Ya... Burung itu bernama hooded pitohui. Burung bertubuh kecil ini habitatnya ada di Papua Nugini (Papua New Guinea).
Baca Juga : Sempat Buang Barang Bukti, Pengedar Narkoba di Langkat Diringkus Polisi
Bulu burung ini memiliki racun yang sangat mematikan. Hal ini diketahui saat para peneliti dan ahli burung Jack Dumbacher menjaring burung cendrawasih Raggiana di sebuah hutan Papua Nugini. Di sana, mereka tidak sengaja menangkap banyak burung hooded pitohui.
Saat tim membebaskan burung pitohui dari jaring, burung-burung itu menggigit mereka. Luka gigitan burung hanya diisap pakai mulut, tanpa memakai plester untuk mengobatinya. Beberapa saat kemudian sesuatu yang aneh mulai terjadi.
Baca Juga : Pura-pura Jadi Tamu Undangan, Pasutri Curi Emas dan Uang Jutaan Rupiah saat Acara Nikahan
Mulut para peneliti terasa terbakar bercampur gatal, bahkan mati rasa. Gejala ini berlangsung cukup lama, bisa berjam-jam bahkan berlanjut hingga keesokan harinya. Merasa ada yang janggal, tim menanyakan tentang apa yang terjadi kepada pemandu lokal yang mendampingi mereka selama ekspedisi.
Mereka bertanya tentang apa yang diketahui tentang burung-burung yang tampak beracun itu. Saat itu pemandu lokal mengatakan kalau itu burung sampah.
Baca Juga : Penyedia Jasa Jetski di Danau Toba Aniaya dan Ancam Bunuh Kompetitornya: Polisi Lakukan Penyelidikan
“Itu burung sampah, mereka tidak berguna. Anda bahkan tidak bisa memakan burung-burung ini. Jadi kami segera memulai penelitian tentang hooded pitohui,” ujar Dumbacher dalam sebuah video untuk California Academy of Science.
Studi para peneliti mengungkap bahwa burung hooded pitohui memiliki sejenis racun di bulunya. Racun itu menempel di tangan peneliti saat mereka menyentuh burung, lalu racunnya masuk ke mulut saat menjilati luka akibat gigitan hewan tersebut. Racun itu adalah neurotoksin alkaloid steroid yang mematikan.
“Pada awalnya, zat ini dapat menyebabkan kesemutan dan mati rasa. Dalam dosis yang lebih tinggi, zat ini dapat menyebabkan kelumpuhan, serangan jantung, dan kematian. Gram per gram, zat ini merupakan salah satu zat alami paling beracun yang diketahui,” papar Dumbacher.
Lantas, bagaimana burung hooded pitohui mendapatkan zat beracun ini di bulunya? Semuanya bergantung pada makanan. Hooded pitohui memakan kumbang pembawa racun yang hidup di New Guinea. Ketika burung memakan kumbang, neurotoksin terakumulasi di jaringan mereka. Bagi burung, akumulasi nerotoksin ini tidak beracun dan berbahaya. Namun ketika dilepaskan ke predator atau reptil, racun akan bekerja dengan sangat ampuh. Ini bahkan dapat mencegah predator memakan telur burung hooded pitohuis.
Adapun kumbang yang dimakan hooded pitohui adalah Choresine pulchra, atau dikenal sebagai kumbang nanisani beracun. Kumbang ini juga dimakan oleh burung ifrita bertopi biru dan ifrita kowaldi.
Studi menunjukkan, kumbang Choresine berpotensi menjadi sumber makanan langsung bagi burung-burung di Papua New Guinea. Tak hanya burung, ada kekhawatiran angsa liar yang tersebar di dunia juga beracun. Jika ini benar, ada baiknya jangan memakan hewan liar sembarangan. Makanlah makanan yang sudah dijamin keamanannya.
(Dra/nusantaraterkini.co).