Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Analis Pasar: Kurs Rupiah masih akan Dipengaruhi Perubahan Kondisi Ekonomi Global

Editor:  Wiwin
Reporter: wiwin
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
kurs rupiah menunjukkan pergerakan yang berbeda di pasar spot rupiah mengalami pelemahan tipis, sedangkan mengacu Jisdor BI justru menguat tipis. 

Nusantaraterkini.co, Jakarta - Pada akhir perdagangan Kamis (20/2/2025) kurs rupiah menunjukkan pergerakan yang berbeda di pasar spot rupiah mengalami pelemahan tipis, sedangkan mengacu Jisdor BI justru menguat tipis. 

Berdasarkan data yang dilansir dari Bloomberg, Kamis (20/2), rupiah di pasar spot melemah tipis 0,08% secara harian yang ditutup ke level Rp 16.338 per dolar AS

Sebaliknya, rupiah di pasar Jisdor BI justru menguat 0,08% secara harian ke level Rp 16.344 per dolar AS.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencermati, nilai tukar rupiah cenderung melemah pada awal sesi hari ini akibat pernyataan Donald Trump terkait rencana tarif impor 25% untuk produk otomotif, semi konduktor, serta farmasi.

Pernyataan Trump tersebut mendorong sentimen risk-off di pasar keuangan di sesi pertama.

Namun, pelemahan rupiah tertahan setelah Trump menyatakan bahwa pihaknya membuka ruang untuk perjanjian dagang yang baru dengan China.

‘’Pernyataan Trump kemudian memicu ekspektasi meredanya perang dagang antara AS dan China, yang pada gilirannya mendorong penguatan sebagian mata uang Asia,’’ jelas Josua 

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan bahwa rencana tarif Trump 25% pada impor mobil, semikonduktor, dan farmasi telah menciptakan ketidakpastian dalam perdagangan global. 

Sebab, kebijakan ini berpotensi mendukung inflasi AS dan membebani pertumbuhan ekonomi.

Inflasi kembali menjadi kekhawatiran usai risalah FOMC the Fed menunjukkan bahwa fokus para pembuat kebijakan pada perlunya lebih banyak bukti disinflasi yang berkelanjutan.

Risalah tersebut menggemakan pernyataan Ketua Fed, Jerome Powell, sebelumnya bahwa Fed tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga lebih lanjut.

‘’Pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell bahwa Fed tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga semakin memperkuat dolar AS di pasar global,’’ ujar Sutopo.

Sutopo mengatakan, rupiah masih akan dipengaruhi perubahan kondisi ekonomi global, seperti keputusan suku bunga oleh negara-negara ekonomi utama seperti Federal Reserve AS. 

Bila sikap hawkish bank sentral AS berlanjut, maka dolar masih akan terus kuat.

Josua menuturkan, rupiah berpotensi melemah pada perdagangan besok (21/2), sejalan dengan rilis data PMI Manufaktur AS malam nanti. 

Konsensus memperkirakan kenaikan data dari PMI, baik manufaktur maupun jasa.

Josua dan Sutopo sama-sama memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.300 per dolar AS – Rp 16.400 per dolar AS.