Nusantaraterkini.co, MEDAN - Aksi tawuran para remaja memang telah menimbulkan rasa khawatir yang cukup mendalam di masyarakat.
Sebab, aksi tawuran remaja selain dapat membahayakan para pelakunya, juga dapat berdampak bagi warga sekitar.
Salah satu kelompok masyarakat yang sangat riskan terdampak tawuran remaja tentunya adalah para pengemudi ojek online (Ojol).
Menurut salah satu pengemudi Ojol, Tono, aksi tawuran remaja pun sungguh sangat meresahkan dirinya dan mengganggu kenyamanan di masyarakat.
"Ya jelas sangat menggangu, apalagi mereka ini berkelompok," ungkapnya, Sabtu (6/7/2024).
Dia menceritakan, pernah sekitar pukul 02.00 WIB berjumpa langsung sekelompok remaja bermotor lengkap dengan senjata tajam di daerah Klambir Lima.
Dia menyebutkan, para remaja yang diperkirakan beranggota lebih dari sepuluh orang itu bahkan secara acak menantang semua para pengendara yang melintas dan warga yang sedang nongkrong sambil mengacungkan senjata tajam yang ada di tangan mereka.
"Pernah di daerah Klambir Lima, ada sekitar lima kereta (motor). Jadi mereka waktu turun dari motor, langsung nantang, siapa pun yang lewat maupun yang nongkrong. Tapi karena para warga jadi bertambah ramai, meraka langsung cabut," ucapnya.
Untuk itu Tono pun berharap, pihak kepolisian agar bisa lebih gencar melakukan patroli dan lebih memerhatikan daerah yang terbilang cukup sepi atau rawan, agar masyarakat sekitar tempat tersebut bisa merasa lebih nyaman.
"Kalau harapan ya, kalau bisa polisi patroli di tempat tempat yang sepi, jangan di kota aja, karena banyak masyarakat yang sudah mengeluh," pungkasnya.
Sementara itu, dari penelusuran Nusantaraterkini.co, aksi tawuran juga pernah terjadi di kawasan permukiman padat penduduk di Kota Medan, salah satunya di kawasan Bromo.
Spontan, hal itu pun membuat rasa ketakutan di lingkungan masyarakat setempat, karena mereka selalu membawa senjata seperti celurit, petasan dan batu di tangannya.
Menurut salah satu warga berinisial CA, kejadian tawuran di pemukiman padat penduduk itu sering terjadi sekitar pukul 04.00 WIB.
"Pernah kita sekeluarga lagi istirahat tiba-tiba langsung kebangun karena ada ribut. Pas kita intip dari jendela sudah ramai dan ada pemuda bawa senjata tajam, lempar botol, dan saling serang menggunakan petasan," katanya.
Karenanya, CA pun berharap agar pihak kepolisian bisa menangkap para pelaku tawuran yang sangat meresahkan tersebut dengan lebih sering melakukan patroli ke wilayahnya.
"Karena sudah berulang kali terjadi juga, kalau bisa tangkap aja. Jadi kalau bisa aparat sering patroli, biasa nya mereka kocar kacir berlarian, kalau polisi datang. Lagian para warga yang lain sudah resah juga," tandasnya.
Terpisah, Dinas Pendidikan Sumatera Utara (Sumut) memberikan penjelasan terkait langkah-langkah cegah para pelajar terlibat tawuran.
Kabid SMA Disdik Sumut, M Basir Hasibuan mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan surat edaran ke sekolah-sekolah di Sumut.
Surat edaran itu tertuang dalam nomor 400.1/8668 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Penyalahgunaan Narkoba, Judi Online dan Kekerasan di Kalangan Peserta Didik.
"Yang pertama kita punya surat edaran ke sekolah agar dibuat tim pencegahan kekerasan di satuan pendidikan," ujarnya, Rabu (3/7/2024) petang di DPRD Sumut.
Basir mengatakan, kalau Disdik Sumut juga sudah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menjaga pelajar agar tidak terlibat kekerasan.
"Yang kedua kami sudah melaksanakan kegiatan kemarin, ada pertemuan dengan Satpol PP, kemudian dengan Kodim, agar kita saling menjaga, saling berkoordinasi saling berkomunikasi," katanya.
"Sehingga ada potensi-potensi di lingkungan satuan pendidikan itu harus segera dilaporkan, tapi kalau di luar (sekolah) itu butuh bantuan dari semua pihak," tambahnya.
Menurut Basir, pendidikan itu tidak hanya cukup di lingkungan sekolah, namun masyarakat, orangtua juga perlu ikut serta untuk itu.
"Yang jelas Dinas Pendidikan Provinsi sudah memberikan edaran agar potensi-potensi keributan di kalangan pelajar khususnya itu diminimalkan," ungkapnya.
Disdik Sumut juga kerap memberikan imbauan di sekolah agar pelajar tidak ikut pergaulan-pergaulan geng motor dan lain-lain.
"Bahkan ada beberapa sekolah yang geng motor diingatkan pihak sekolah, bahkan ada beberapa sekolah yang membuat peraturan kalau ikut itu bisa diberikan sanksi," imbuhnya.
Pendidikan, kata Basir, tidak bisa berjalan lancar kalau hanya mengharap tugas dari sekolah.
"Tugas dari sekolah hanya dari pagar sampai ke ruang lingkup sekolah, kalau di luar sekolah itu sudah menjadi tugas bersama, antara orang tua dan tugas dari masyarakat," katanya.
Lebih lanjut Basir menjelaskan, untuk mencegah tawuran saat kelulusan, pihaknya juga melibatkan peran orangtua.
"Kita mengimbau pada saat kelulusan dan kenaikan kelas, kami tidak memberikan kewenangan kepada anak mengambil (ijazah) kelulusan, wajib orangtua," ujarnya.
"Atau anak mengambil kelulusan tapi wajib dijemput orangtua, itu salah satu cara kami agar tidak terjadi tawuran dan pembagian rapor juga seperti itu," pungkasnya.
(Cw4/Cw5/Nusantaraterkini.co)