Nusantaraterkini.co, MEDAN - Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sumatera Utara (Sumut) menggelar Disability Perspective Interaction Training (DPIT) bagi tenaga kesehatan di RSUP H Adam Malik Medan, pada Selasa (9/9/2025).
Pelatihan ini bertujuan meningkatkan etika dan keterampilan petugas dalam berinteraksi dengan pasien penyandang disabilitas.
“Seperti saya, saya kan enggak lihat. Kalau ke rumah sakit, saat mendaftar saja sering lucu-lucu. Petugas bilang ‘Kak, lihat sini’. Sini mana? Itu kan lucu,” kata Wakil Ketua II HWDI Sumut bidang keorganisasian, Marilyn Lie kepada Nusantaraterkini.co, Rabu (10/9/2025).
Menurut Marilyn, pelatihan ini tidak hanya membantu tenaga kesehatan, tetapi juga tim pengamanan rumah sakit, agar mampu menangani pasien disabilitas dengan lebih baik. Ia menekankan, yang dibutuhkan bukan sekadar fasilitas fisik, melainkan perubahan pola pikir.
“Kalau SDM-nya sudah bagus, 50 persen kesulitan disabilitas bisa diatasi. Jadi, yang utama itu SDM-nya dulu,” ujarnya.
Marilyn yang juga pendiri Yayasan Dwituna Harapan Baru berharap, pelatihan ini bisa mengubah stigma masyarakat terhadap layanan rumah sakit pemerintah yang selama ini kerap dianggap kurang ramah.
“Harapan kita, dengan adanya pelatihan ini, mereka ikut ramah. Jadi stigma juga berubah. Orang bisa bilang, ‘ke rumah sakit pemerintah enggak apa-apa kok, ramah juga’,” tuturnya.
Ia juga mendorong agar model pelatihan serupa tidak hanya dilakukan di RSUP Adam Malik, tetapi merata ke rumah sakit lain di Medan.
“Hari ini memang khusus frontliner, tapi ke depan sebaiknya sampai ke poli-poli juga,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur Medik dan Keperawatan RSUP H Adam Malik, dr Otman Siregar, menyampaikan pelatihan tersebut merupakan bentuk komitmen pihaknya memberikan pelayanan publik yang setara dan inklusif.
“Kami berkomitmen untuk terus belajar dalam melayani pasien disabilitas. Kami ingin lebih baik dalam pelayanan publik, karena RSUP H Adam Malik merupakan pusat rujukan di Sumut, sehingga pasien yang dilayani juga beragam, termasuk penyandang disabilitas,” kata Otman dalam keterangan tertulisnya.
Pelatihan tahap pertama ini diikuti 18 petugas frontliner, mulai dari dokter triase, perawat, petugas registrasi, hingga petugas keamanan.
Peserta juga dibekali pengetahuan dasar tentang etika berinteraksi dengan penyandang disabilitas, termasuk komunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Dilain sisi, Direktur SDM dan Pendidikan RSUP H Adam Malik, dr Faisal Habib menambahkan, sebagai rumah sakit tipe A, Adam Malik harus menjadi institusi inklusif dengan akses terbuka bagi semua orang.
“Kita harus memulai agar para petugas frontliner memiliki pemahaman dasar tentang inklusivitas. Saya berpikir bagaimana agar teman-teman disabilitas, sejak masuk dari depan pintu RS Adam Malik, bisa mendapatkan sarana dan akses yang tepat,” ucap Faisal.
(cw7/nusantaraterkini.co)