Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Pertumbuhan Melambat, Komisi XI: Pemerintah Harus Segera Koreksi Arah

Editor:  Feriansyah Nasution
Reporter: Luki Setiawan
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
Wakil Ketua Komisi XI DPR M Hanif Dhakiri. (Foto: Dok.DPR)

Nusantaraterkini.co, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi XI DPR M Hanif Dhakiri, menanggapi rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2025 sebesar 4,87 persen secara tahunan (year-on-year), angka terendah sejak kuartal III 2021 dan di bawah ekspektasi pasar.

“Ini alarm serius. Mesin utama pertumbuhan, yakni konsumsi rumah tangga, investasi, dan belanja pemerintah, mengalami perlambatan bersamaan. Kalau tidak ada koreksi arah, target 5,2 persen akan sulit tercapai,” ujar Hanif, Selasa (6/5/2025).

Legislator dapil Jatim ini menyoroti konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh 4,89 persen, terendah dalam lima kuartal terakhir, meskipun ada momentum Ramadan dan Idulfitri. Ini menunjukkan tekanan daya beli yang belum pulih, khususnya di kelompok menengah bawah. Investasi pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga hanya tumbuh 2,12 persen, mencerminkan ketidakpastian dunia usaha. Belanja pemerintah justru terkontraksi, padahal seharusnya menjadi penopang utama di tengah pelemahan sektor swasta.

“Negara seharusnya hadir saat pasar melemah, bukan justru tertahan oleh proses birokrasi dan perencanaan yang tidak sigap. Ini soal ketepatan dan kecepatan eksekusi belanja,” tegasnya.

Hanif yang juga bekas Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) menekankan, pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya dikejar dari angka, melainkan harus berkualitas dan menyentuh langsung kehidupan rakyat. Ia mendorong pemerintah memperkuat belanja produktif, mempercepat insentif sektor riil, dan mengarahkan kebijakan pada penguatan konsumsi domestik dan penciptaan lapangan kerja.

Komisi XI DPR RI, menurutnya, akan terus mengawasi dan mendorong pemerintah agar kebijakan fiskal dan moneter bersinergi secara adaptif dan inklusif. “Pertumbuhan yang tidak berpijak pada pemerataan dan ketahanan struktural hanya akan memperbesar risiko ke depan,” pungkas Hanif.

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan sikap investor, yang wait and see akibat ketidakstabilan perekonomian global, telah menyebabkan pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) hanya sebesar 2,12 persen year-on-year (yoy) pada triwulan I 2025.

Ia menuturkan pertumbuhan PMTB tersebut melambat dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya atau triwulan IV 2024 sebesar 5,03 persen yoy, maupun pencapaian triwulan I 2024 sebesar 3,78 persen yoy.

"PMTB relatif melambat karena investor kemungkinan masih wait and see dengan perkembangan ekonomi global dan biasanya memang awal tahun juga relatif tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan kuartal-kuartal berikutnya," kata Amalia.

(cw1/nusantaraterkini.co)

Advertising

Iklan