Nusantaraterkini.co, JAKARTA - Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P Sasmita meyakini program makan bergizi gratis (MBG) dan Program 3 Juta Rumah belum tentu bisa mendorong pertumbuhan ekonomi ke 8 persen.
Menurutnya dari sisi MBG, besar kemungkinan akan mendisrupsi supply chain di pasar konvensional, karena untuk anak SD, misalnya, sebelumnya memang hampir 100 persen anak SD sudah membawa makan siang ke sekolah.
"Sehingga dengan hadirnya makan siang gratis, para orang tua anak sekolah SD akan berhenti berbelanja bahan untuk makan siang anaknya di pasar konvensional, yang akan menyebabkan permintaan untuk bahan makanan di pasar tradisional berkurang, mulai dari daging, ikan, telur, beras, dan lainya," katanya, Jumat (28/2/2025).
Ronny menyampaikan, MBG berpotensi hanya mendisrupsi supply chain makan siang di pasar konvensional, digantikan oleh supply chain buatan pemerintah sehingga yang terjadi, efeknya kepada ekonomi menjadi relatif netral atau relatif kecil, karena tidak sepenuhnya menciptakan multiplier effect baru.
Menurutnya bahkan secara ekonomi politik, supply chain makanan akan dikuasai oleh segelintir pihak yang menjadi mitra pemerintah dalam program MSG, sehingga pasarnya menjadi terdistorsi.
Sementara itu dari sisi program tiga juta rumah, Ronny menyampaikan justru kalau dipaksakan dibangun sesuai keinginan pemerintah, potensi bubble property akan tinggi, karena daya beli masyarakat sedang buruk-buruknya.
"Pemberian berbagai macam insentif sejatinya memiliki imbas buruk dalam jangka panjang, karena mendistorsi daya beli masyarakat yang sebenarnya," jelasnya.
Menurutnya dengan adanya Intervensi dari sisi supply, dengan mendorong terbangunnya rumah sebanyak 3 juta rumah, berpotensi membuat bubble di pasar property, yang kemudian membuka peluang terjadinya krisis secara nasional.
Ronny menyampaikan jika program ini tak diikuti dengan program peningkatan daya beli masyarakat (bukan insentif), terutama pembukaan lapangan kerja masif, maka tidak akan berujung baik untuk ekonomi.
"Sektor perumahan sangat sensitif, harus diintervensi secara hati-hati, karena sangat berpengaruh terhadap harga dan prospek aset-aset lainya, terutama aset-aset finansial yang menjadi backbone pembiayaan perumahan," tegasnya.
Ronny menyampaikan dalam jangka pendek, MBG dan program 3 juta rumah, belum tentu bisa menjadi pendorong ekonomi tumbuh menjadi 8 persen, bahkan berpotensi mendisrupsi rantai pasok makan siang di satu sisi dan menyimpan potensi krisis serta bubble properti di sisi lain.
(cw1/nusantaraterkini.co)