Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Panitera dan Diduga Preman Kompak Paksa Wartawan Hapus Foto di Kasus Sidang Miss Barbie

Editor:  Feriansyah Nasution
Reporter: GS
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
Kolase diduga preman dan terdakwa Miss Barbie di PN Medan, Selasa (25/2/2025). (Foto: GS/Nusantaraterkini.co)

Nusantaraterkini.co, MEDAN - Panitera Pengganti (PP) Pengadilan Negeri (PN) Medan bernama Sumardi dan sejumlah orang yang diduga preman kompak memaksa awak media dari Mistar menghapus foto persidangan.

Insiden ini terjadi ketika wartawan online yang biasa meliput di PN Medan, melakukan kegiatan jurnalistik terkait sidang kasus penipuan yang menyeret terdakwa Desiska Br Sihite alias Miss Barbie di Ruang Sidang Cakra 4 PN Medan, Selasa (25/2/2025) sore. 

Mulanya wartawan yang bernama Deddy memasuki ruang sidang ketika persidangan belum dimulai. Setelah sidang yang beragendakan pembacaan tanggapan Jaksa Penuntut Umum (JPU) atas nota keberatan (eksepsi) terdakwa dimulai, awak Mistar pun mengambil dokumentasi.

Tak berselang lama, usai pengambilan foto dilakukan, awak media tersebut duduk di kursi pengunjung sidang.

Namun, tiba-tiba sejumlah orang diduga preman yang berada di depan pintu ruang sidang memanggil Deddy tanpa diketahui apa maksudnya.

Saat itu, dia tak langsung merespons panggilan tersebut lantaran sedang fokus mengikuti persidangan. Namun, Deddy terus dipanggil sampai ada seseorang yang masuk dan menyentuh lengan Deddy.

Ada juga seorang ibu-ibu yang duduk di belakang Deddy, menyuruh supaya dia merespons panggilan sejumlah orang tersebut.

Di saat bersamaan, Panitera Pengganti (PP) Sumardi, di luar ruang sidang juga memanggil Deddy.

Karena dipanggil, ia pun keluar dari ruang sidang dan menghampiri PP Sumardi serta sejumlah orang tersebut.

Ketika keluar, mereka langsung mengepung dan mencecar pertanyaan kepada waratawan tersebut. Di antara pertanyaannya, menyangkut soal izin pengambilan foto ke majelis hakim, apa yang difoto, hingga wartawan dari media mana.

Deddy pun menjawab pertanyaan mereka dan bahkan menunjukkan kartu pers yang digantung di lehernya, yang membuktikan bahwa dirinya benar-benar seorang wartawan.

Namun, mereka mengabaikan hal tersebut. Sampailah pada paksaan penghapusan foto. Mereka termasuk PP Sumardi meminta Deddy untuk menghapus foto tersebut karena dianggap mengambil fota tanpa izin.

"Hapus," bentak Sumardi beberapa kali sambil memegang lengan kanan Deddy.

Pada saat itu, dia tetap berupaya supaya foto tersebut tak dihapus. Namun, Deddy tetap dipaksa bahkan ada seseorang di antara mereka mengambil gawai yang digunakan Deddy untuk mengambil foto.

Bahkan seseorang yang belum diketahui identitasnya tersebut langsung menghapus foto yang diabadikan Deddy.

Setelah dihapus, Deddy pergi meninggalkan mereka dan tak mendapatkan peliputan persidangan kasus penipuan tersebut. 

(gs/nusantaraterkini.co)