Pada akhir perdagangan Senin (24/2/2025) kurs rupiah spot ditutup pada level Rp 16.278 menguat 0,22% dari akhir pekan lalu yang ada di Rp 16.313 per dolar AS.
Di Asia, mayoritas mata uang menguat terhadap dolar AS sore ini. Won Korea mencatat penguatan terbesar yakni 0,44%, disusul ringgit Malaysia yang menguat 0,31%.
Pesso Filipina menguat 0,22%, rupiah menguat 0,22%, dolar Taiwan menguat 0,16%, baht Thailand menguat 0,11% dan yuan China yang menguat 0,07% terhadap dolar AS.
Sedangkan mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS sore ini. Yen Jepang melemah 0,18%, dolar Singapura melemah 0,04%, rupee India melemah 0,03% dan dolar Hong Kong melemah 0,02% terhadap dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia ada di 106,44, turun dari akhir pekan lalu yang ada di 106,61.
Sementara, pada Jumat (21/2) rupiah spot menguat 0,15% ke Rp 16.313 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) juga menguat 0,26% ke Rp 16.300 per dolar AS.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana mengatakan, awal pekan ini belum banyak data yang signifikan.
"Dengan harapan tak adanya catatan yang muncul lagi soal tarif Donald Trump, maka rupiah bisa terapresiasi," ujarnya.
Meski begitu, penguatan rupiah cenderung terbatas menjelang implementasi devisa hasil ekspor (DHE) yang akan mendorong kehati-hatian dalam ekspor.
Pendorong lain adalah potensi arus dana asing yang akan masuk ke dalam negeri, menyusul pergerakan yield yang masih melandai.
Pengamat mata uang. Ibrahim Assuaibi menambahkan, pasar merespons positif pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang akan meluncurkan BPI Danantara.