Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Kerusuhan Berujung Darurat Tak Padam di Papua Nugini

Editor:  Annisa
Reporter: Shakira
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!

Nusantaraterkini.co - Kerusuhan di Port Moresby, Papua Nugini memasuki hari kedua. Pemerintah setempat mengumumkan keadaan darurat selama 14 hari. Diketahui kerusuhan dipicu perselisihan gaji tentara dan polisi Papua Nugini, yang berlanjut pada aksi unjuk rasa anarkis.

"Hari ini kami menyerukan keadaan darurat selama 14 hari di ibu kota negara kami," ucap Perdana Menteri Papua Nugini James Marape dalam pengumumannya, seperti dilansir AFP, Kamis (11/1/2024).

Marape mengumumkan lebih dari 1.000 tentara siaga untuk 'turun tangan' jika kondisi semakin darurat. Pengerahan militer berdasarkan keputusan pemberlakuan keadaan darurat tersebut.

Kerusuhan diketahui tak hanya terjadi di Port Moresby, tetapi juga di Kota Lae yang berjarak sekitar 300 kilometer sebelah utara Ibu Kota. Kerusuhan di Lae terjadi dalam hitungan beberapa jam, usai Port Moresby.

Pasukan pertahanan, sebut Marape, bisa melakukan intervensi untuk mengatasi situasi apa pun yang mungkin muncul di masa depan. Pengerahan militer didasari analisis masyarakat tak puas dan tetap merusuh meski pemerintah telah berjanji memperbaiki kesalahan dalam pemotongan gaji.

Seperti diketahui, kerusuhan terjadi saat massa mulai membakar mobil polisi di luar kantor Marape. Dilansir AFP, Rabu (10/1), awalnya para tentara, personel kepolisian dan para staf penjara setempat menggelar unjuk rasa damai pada pagi hari setelah menyadari gaji mereka dipotong tanpa penjelasan.

Namun pada Rabu sore waktu setempat, kerusuhan pecah dan menyebar hingga ke seluruh wilayah Port Moresby. Sejumlah video yang beredar di media sosial menunjukkan massa menjarah toko-toko dan para personel kepolisian berusaha memulihkan ketertiban.

"Sangat disayangkan situasinya menjadi seperti ini, sangat tidak beralasan. Tapi kami melakukan semua yang kami bisa untuk mengendalikan situasi di kota ini," ucap Manning dalam pernyataannya.

4 Kepala Departemen Dinonaktifkan

Marape menyebut ada empat kepala departemen yang terlibat dalam masalah pemotongan gaji itu. Pertama Komisioner Kepolisian, kedua Kepala Personalia.

Ketiga yakni Kepala Keuangan. Dan terakhir adalah Kepala Perbendaharaan. Keempat kepala departemen itu telah dinonaktifkan selama 14 hari.

15 Orang Tewas, 31 Luka-luka

Komisioner Kepolisian Papua Nugini David Manning, dalam pernyataan pada Kamis (11/1) waktu setempat, melaporkan 15 orang tewas. Korban tewas merupakan total dari korban kerusuhan di Port Moresby dan Lae.

Sementara itu rumah sakit terbesar di Port Moresby melaporkan ada 25 orang mengalami luka tembak. Pihak rumah sakit juga menuturkan ada enam orang lainnya yang luka akibat serangan pisau.

Mendagri Papua Nugini Sebut Pemotong Gaji Tak Sengaja

Menteri Keamanan Dalam Negeri (Mendagri) Papua Nugini Peter Tsiamalili mengatakan pemotongan gaji sebagai kesalahan yang tidak disengaja. Dia berjanji untuk segera memperbaikinya.

"Saya ingin mengapresiasi Anda semua hari ini," ucap Tsiamalili dalam pidato perdamaian untuk para demonstran sebelum kerusuhan pecah.

Tsiamalili juga telah menyampaikan akan memastikan kesejahteraan aparat. "Saya hanya ingin sekali lagi memastikan kepada semua polisi kita, bahwa saya ada di sini untuk memastikan kesejahteraan Anda terpenuhi," tegasnya.

Polisi Sempat Mogok Kerja

Marape, dalam konferensi pers pada Kamis (11/1) waktu setempat, mengatakan ketegangan di ibu kota mereda. Dia menuturkan personel kepolisian tambahan dikerahkan untuk menjaga ketertiban.

"Polisi tidak bekerja kemarin di kota ini, dan orang-orang melakukan pelanggaran hukum. Tidak semua orang, tapi di bagian tertentu di kota kita," ucapnya.

Para personel Kepolisian Papua Nugini juga melakukan aksi mogok kerja pada Rabu (10/1) pagi waktu setempat setelah mengetahui gaji mereka dipotong.

Pemerintah Papua Nugini merilis pesan via media sosial yang menyangkal adanya pajak baru yang dikenakan pada para personel keamanan.