Nusantaraterkini.co, MEDAN - Kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) dengan memperoleh 51,2% suara di pemilu AS. Kembali menciptakan gelombang ketidakpastian di pasar keuangan global, yang turut berdampak pada perekonomian Indonesia. Rupiah merosot mendekati level Rp 16.000 per USD, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) turut mengalami penurunan.
Kondisi ini memicu kekhawatiran akan tekanan inflasi yang dapat menggerus daya beli masyarakat di dalam negeri.
Gunawan Benjamin, seorang pengamat ekonomi yang diwawancarai melalui WhatsApp pada Rabu, 6 November 2024, menyatakan bahwa kebijakan Trump, meskipun menguntungkan ekonomi AS, cenderung memberikan tekanan berat pada negara berkembang seperti Indonesia.
"Trump memiliki kebijakan fiskal yang mendukung konsumsi domestik AS tetapi memperburuk defisit anggaran, sehingga meningkatkan utang AS dan memperkuat Dolar. Ini jelas menekan mata uang negara lain, termasuk Rupiah," ujarnya.
Trump juga diketahui berencana meningkatkan tarif impor dari China, yang dikhawatirkan akan mengobarkan perang dagang baru. Kebijakan ini berpotensi melemahkan daya saing produk China dan mengurangi pangsa pasar ekspor Indonesia ke negara tersebut.
Menurut Gunawan, "Jika China terkena kenaikan tarif dan permintaan ekspornya menurun, ini berpotensi memangkas permintaan untuk produk Indonesia yang menjadi bagian dari rantai pasok industri China."
Gunawan menjelaskan bahwa dampak langsung yang mungkin dirasakan Indonesia adalah berkurangnya permintaan ekspor dari China.
"Jika produk kita terlibat dalam rantai pasok China yang terkena tarif, permintaan ekspor kita akan ikut turun," jelasnya.
Selain itu, dampak tidak langsung berupa oversupply produk China bisa membuat pasar Indonesia dibanjiri barang murah, berisiko menekan harga barang dalam negeri.
Gunawan menekankan bahwa pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat.
"Pemerintah harus mengantisipasi dengan kebijakan yang cepat dan adaptif, serta menjajaki diversifikasi pasar agar ketergantungan pada AS dan China berkurang," sarannya.
Menurut Gunawan, pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa perang dagang dapat merugikan ekonomi domestik.
"Kita harus memperkuat sektor-sektor yang rentan terdampak," tutupnya.
(cw9/nusantaraterkini.co)