Inflasi Pangan Makin Tinggi, Ini Kata Peneliti
Nusantaterkini.co, JAKARTA - Peneliti Core Indonesia Muhamad Ishak Razak mengatakan, tingginya harga sembako saat ini, termasuk beras, disebabkan kurangnya keseriusan pemerintah dalam melakukan intervensi untuk mengamankan harga, terutama setelah terjadinya masa El-Nino akhir tahun lalu.
Hal ini disampaikannya menyoroti permasalahan inflasi pangan saat ini, terutama masalah beras sebagai makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia.
"Seharusnya, pemerintah telah dapat memprediksi kebutuhan konsumsi dan pasokan domestik yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jika diperlukan, pemerintah dapat mengambil langkah darurat seperti impor," kata Ishak Razak kepada nusantaraterkini.co, Rabu (13/3/2024).
Ishak Razak menuturkan, persoalan mendasarnya adalah produksi beras domestik Indonesia yang sangat rendah, sehingga surplusnya minim. Mengacu pada tahun 2023, konsumsi beras sekitar 30,9 juta ton sementara produksinya hanya sebesar 31,10 juta ton, dengan surplus hanya sebesar 200 ribu ton.
Hal ini menurut Ishak Razak sangat rentan terhadap guncangan pasokan yang dapat menyebabkan kelangkaan dan lonjakan harga beras di dalam negeri. Misalnya, gagal panen akibat kekeringan atau serangan hama, atau tindakan spekulan yang menahan stok dalam jumlah besar untuk memengaruhi harga.
Dalam jangka panjang, sambungnya, kebutuhan beras terus meningkat, yang akan membuat Indonesia semakin tergantung pada impor. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi kedaulatan dan keamanan pangan domestik.
"Oleh karena itu, keseriusan pemerintah dalam meningkatkan produksi domestik hingga mampu mencapai surplus di atas 1 juta ton menjadi sangat krusial. Ini adalah masalah krusial karena berkaitan langsung dengan perut jutaan orang," tegasnya.
Sebelumnya, Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKS Junaidy Auly menyoroti permasalahan inflasi pangan saat ini, terutama masalah beras sebagai makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia. Menurut Junaidy, mestinya bisa diantisipasi oleh Pemerintah dengan pendekatan jangka panjang.
“Pendekatan penyelesaian masalah (inflasi pangan) ini dilakukan untuk jangka pendek, seperti melakukan impor dan intervensi dalam bentuk operasi pasar serta pemantauan alur distribusi pada level pusat dan daerah saja,” ujar Junaidi.
(cw1/nusantaraterkini.co)