Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Harga Gula, Minyak dan Beras di Sumut Naik, Tensi Geopolitik Picu Lonjakan Biaya Hidup

Editor:  Rozie Winata
Reporter: Elvirida Lady Angel Purba
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
Pedagang menjual sembako di pasar MMTC Medan (Foto: Elvirida Lady Angel Purba/Nusantaraterkini.co)

Nusantaraterkini.co, MEDAN - Harga kebutuhan pokok, termasuk gula pasir, minyak goreng curah dan beras, terus menunjukkan tren kenaikan yang signifikan di Sumatera Utara (Sumut).

Berdasarkan data terbaru, harga gula pasir di Pasar MMTC Medan saat ini mencapai Rp18.500 per kilogram, jauh melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp13.100 per kilogram. Kenaikan ini memberikan dampak langsung pada daya beli masyarakat.

Sementara itu, harga minyak goreng curah juga mengalami lonjakan, dipicu oleh kenaikan harga CPO (Crude Palm Oil) dunia yang saat ini berada di kisaran 4.650 Ringgit Malaysia per ton, meningkat dari 3.800-an Ringgit pada akhir September.

Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) ESDM Sumut, harga minyak goreng curah tertinggi tercatat di Kota Binjai, mencapai Rp18.500 per liter, sedangkan terendah di Kabupaten Dairi yang hanya Rp14.000 per liter. Rata-rata harga minyak curah saat ini diperdagangkan sekitar Rp16.531 per liter, dengan kenaikan 0,4 persen dibandingkan harga sebelumnya. 

“Di sisi lain, harga eceran tertinggi (HET) untuk produk 'MinyaKita' ditetapkan Rp15.700 per liter, tetapi di Sumatera Utara, harga jual 'MinyaKita' masih terus berada di atas HET, berkisar Rp16.200 hingga Rp17.000 per liter di beberapa daerah seperti Kabupaten Karo, Nias Selatan, dan Padang Lawas,” jelas Kabid Perdagangan Dalam Negeri (PDN), Sujatmiko Disperindag Sumut kepada Nusantaraterkini.co, Kamis (31/10/2024).

Sementara itu, harga beras di Sumut juga tidak luput dari tren kenaikan. Meskipun tidak ada perubahan signifikan pada harga beras dalam satu hari terakhir.

"Harga beras tetap mengalami sedikit kenaikan sebesar 0,3 persen selama minggu lalu. Konsumen diharapkan tetap waspada terhadap perkembangan harga pangan ini, terutama menjelang hari-hari besar yang biasanya meningkatkan permintaan" jelasnya.

Kondisi ini menjadi tantangan bagi masyarakat, di mana kenaikan harga bahan pokok dapat mengurangi daya beli dan meningkatkan kesulitan hidup sehari-hari.

Oleh karena itu, pemerintah dan pemangku kepentingan diharapkan dapat mengambil langkah untuk mengendalikan harga dan memastikan ketersediaan pangan agar kebutuhan masyarakat tetap terjamin.

Sementara pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin menjelaskan, kenaikan harga minyak goreng ini dipicu oleh sejumlah faktor. 

“Kenaikan harga CPO global, yang dipengaruhi oleh kondisi geopolitik yang tidak stabil di Timur Tengah, menyebabkan harga minyak mentah dunia melonjak hingga $77 per barel. Meskipun serangan balasan Israel ke Iran tidak memberikan dampak signifikan, penguatan dolar AS terhadap mata uang Asia, termasuk rupiah, turut memperparah situasi,” ujarnya, Jumat (1/11/2024).

Gunawan menambahkan, situasi ini akan memberikan keuntungan bagi petani sawit dan industri pengolahan minyak, namun sangat merugikan konsumen.

"Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk beralih ke 'minyakita', minyak goreng bersubsidi yang harganya masih diatur dengan HET, sebagai alternatif yang lebih terjangkau," sebutnya.

(Cw9/Nusantaraterkini.co) 

Advertising

Iklan