Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Firman Akui Cost Pemilu 2024 Ugal-ugalan dan Mahal: Masyarakat Lebih Pilih Aspek Finansial bukan Cari Pemimpin Sejati

Editor:  Feriansyah Nasution
Reporter: Luki Setiawan
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
Anggota DPR Fraksi Golkar RI yang terpilih kembali pada Pemilu 2024, Firman Soebagyo./Ist

Nusantaraterkini.co, JAKARTA - Pemilu 2024 dianggap sangat tinggi cost politiknya serta banyak pihak juga menyebut kalau politik sekarang ugal-ugalan lalu politik sekarang mahal ini mendapatkan respons dari Anggota DPR Fraksi Golkar RI terpilih Firman Soebagyo.

Firman memang mengakui jika Pemilu 2024 merupakan cost pemilu yang mahal karena para caleg berkompetisi bukan mengedepankan gagasan dan ide melainkan mengandalkan uang sehingga ini menyebabkan cost politik menjadi mahal.

"Saya tidak tertarik ditanya-tanya mengenai ini. Karena ini mengingatkan kembali kepada saya dan kemudian bisa memunculkan rasa kekecewaan dan sakit hati tapi apa boleh buat harus kita jawab. Dan faktanya memang seperti itu, apakah ini yang namanya esensi demokrasi itu. Oleh karena itu tentang pemilu yang kemarin itu isu kemarin yang sangat luar biasa di masyarakat dan bahkan bagi kawan-kawan yang tidak berhasil bukan karena mereka tidak berprestasi itu justru yang nggak berhasil," kata Firman, Senin (29/7/2024).

Firman kembali terpilih untuk ke-5 kali ini menuturkan, banyak orang-orang yang beprestasi senior-senior tapi mungkin karena mereka juga orang-orang yang tidak siap untuk menghadapi pertarungan politik yang perubahan dinamikanya atau dinamika perubahan politik yang sangat pragmatis ini.

Ia pun mejelaskan, ada dua hal sebetulnya dengan sistem pemilu suara terbanyak itu mengandung konsekuensi, maka para caleg berkompetisi karena untuk mendapatkan suara terbanyak. Ketika antar caleg ini berkompetisi, itu mereka semua punya kapasitas dan punya kemampuan finasial yang kuat ini ada fenomena yang jelek di masyarakat.

"Masyarakat kita ini malah justru mereka itu lebih mengedepankan uang bukan mencari pemimpin yang betul-betul bisa memperjuangkan aspirasi. Tetapi yang ada adalah saya dapat apa karena sebetulnya pemilu yang diinginkan itu kan mencari pemimpin dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat tanpa mengedepankan aspek finasial," ujar anggota Komisi IV DPR ini.

"Tapi yang terjadi sekarang kebalik adalah aspek finasialnya pragmatisme masyarakat ini yang merubah sistem politik. Saya jujur memberikan aspirasi dalam bentuk traktor kemudian bentuk combie kemudian dalam bentuk sapi dan yang nilainya itu semua hampir ratusan juta semua. Padahal saya tidak pernah memungut uang sepeserpun tetapi ketika hari H Pemilu itu kalah kita dengan apa oleh Rp 20.000 dan Rp 30.000," sambung Firman.

Lebih lanjut Firman menilai masyarakat yang sudah diperjuangkan untuk mendukung kegiatan mereka itu tidak pernah dihitung money politik ini harus mulai dihindari kalau ini terus menerus maka kaum kapitalis yang akan masuk terus, padahal DPR adalah menentukan karena punya tiga kewenangan legilasi, budgeting dan pengawasan.

"Ketika para kaum kapitalis masuk ke dalam maka legislasi yang kita buat bisa didikte oleh mereka yang memberikan modal budget juga begitu bisa juga kita pada tujuan anggaran itu juga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan tertentu dan ini tidak boleh," tegas anggota Baleg DPR ini.

Firman pun berharap mudah-mudahan ada perbaikan ke depan, KPU juga punya tugas untuk mengevaluasi dan harapan kami KPU dan KPUD juga bisa melihat bawah ini adalah sebuah PR berat bagi mereka bagaimana untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa pemilu yang menggunakan uang itu harusnya tidak boleh. (cw1/nusantaraterkini.co) 

Advertising

Iklan