Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Fakta Terkait Runtuhnya Jembatan Francis Scott Key di Baltimore Amerika Serikat

Editor:  Redaksi2
Reporter: Redaksi
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
Kondisi Jembatan Francis Scott Key di Baltimore, Amerika Serikat sebelum ambruk ditabrak kapal kontainer.(Wikimedia/ Patorjk)

Nusantaraterkini.co, AMERIKA SERIKAT - Sebuah kapal kontainer menabrak tiang penyangga Jembatan Francis Scott Key di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat, pada Selasa (26/3/2024).

Bagian utama dari jembatan tersebut putus dan runtuh. Kecelakaan itu menyebabkan beberapa kendaraan jatuh ke sungai.

Berikut fakta terkait runtuhnya Jembatan Baltimore yang berhasil dihimpun Tim Cek Fakta Kompas.com dari berbagai sumber.

Kapal kehilangan daya

Dilansir Reuters, kecelakaan itu bermula setelah kapal kontainer Dali berbendera Singapura berangkat dari Baltimore menuju Kolombo, Sri Lanka, pada Selasa dini hari.

Pada pukul 1.24 dini hari waktu setempat, kapal tersebut kehilangan daya dan mati listrik. Tiga menit kemudian, kapal tersebut menabrak tiang penyangga Jembatan Baltimore dan meruntuhkan bagian utama jembatan tersebut.

Gubernur Maryland Wes Moore mengatakan, jembatan tersebut dalam kondisi baik dan diketahui tidak memiliki masalah pada strukturnya. Adapun Jembatan Francis Scott Key dibuka pada 1977 dan melintasi Sungai Patapsco. Jembatan itu dilewati 31.000 mobil per hari atau 11,3 juta kendaraan per tahun.

Terkait kecelakaan tersebut, pihak kepolisian setempat mengatakan bahwa tidak ada indikasi aksi terorisme. Sementara itu, kapal kontainer Dali dimiliki oleh Grace Ocean Pte Ltd dan memiliki panjang 289 meter. Daya tampung kapal tersebut adalah 10.000 TEU (satuan kapasitas kargo).

Pada kecelakaan kemarin, kapal tersebut mengangkut muatan 4.679 TEU. Kapal yang sama terlibat dalam insiden di pelabuhan Antwerpen, Belgia, pada 2016, ketika kapal tersebut menabrak dermaga ketika mencoba keluar dari terminal peti kemas Laut Utara.

Pemeriksaan selanjutnya pada Juni 2023 yang dilakukan di San Antonio, Chili, menemukan bahwa kapal tersebut memiliki masalah pada mesin penggerak dan mesin bantu.

Enam orang hilang

Dilansir CNN, delapan orang berada di jembatan ketika jembatan runtuh. Dua orang berhasil diselamatkan, satu di antaranya dibawa ke rumah sakit dan kemudian dipulangkan.

Enam orang yang dinyatakan hilang adalah pekerja konstruksi. Penjaga Pantai AS telah mengakhiri operasi penyelamatan terhadap enam pekerja tersebut.

"Kami tidak yakin bahwa kami akan menemukan satu pun dari mereka yang masih hidup," ujar Komandan Penjaga Pantai AS Shannon Gilreath.

Sementara itu, 22 orang kru kapal kontainer Dali dinyatakan selamat dan dalam kondisi baik. Sebelum tabrakan, kru kapal sempat mengirimkan sinyal darurat "mayday", yang memungkinkan pihak berwenang menghentikan lalu lintas menuju Jembatan Baltimore.

Menurut Gubernur Maryland Wes Moore, sinyal itu membantu menyelamatkan banyak nyawa. Pihak berwenang masih menyelidiki penyebab kecelakaan. Dewan Keselamatan Transportasi Nasional akan menyelidiki bagaimana jembatan itu dibangun dan kondisi strukturnya.

Sementara itu, Senator AS Chris Van Hollen mengatakan bahwa upaya untuk membangun kembali jembatan tersebut akan membutuhkan waktu lama dan biaya tidak sedikit.

Presiden Joe Biden mengatakan telah menyampaikan bahwa ia ingin pemerintah federal menanggung seluruh biaya pembangunan kembali jembatan yang runtuh.

Ia menambahkan, pemerintah tidak akan menunggu perusahaan pemilik kapal kontainer Dali untuk menanggung biaya pembangunan ulang jembatan.

Pendanaan dapat berasal dari Administrasi Jalan Raya Federal serta Undang-Undang Infrastruktur Bipartisan, tetapi mungkin memerlukan dana tambahan dari Kongres.

Adapun, Jembatan Francis Scott Key Baltimore menghabiskan dana 60 juta dolar AS ketika dibangun pada pertengahan 1970. Jembatan itu resmi dibuka pada 1977.

Ketua konsultan teknik dan arsitektur COWIfondedn, David MacKenzie, mengatakan kepada Sky News, kebutuhan untuk membangun kembali jembatan tersebut dengan cepat akan menelan biaya setidaknya 10 kali lipat dari harga awal, yaitu sekitar 600 juta dolar AS. (rsy/nusantaraterkini.co)

Advertising

Iklan