Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Budaya dan Teknologi Dorong Kerja Sama Pendidikan China-ASEAN

Editor:  Rozie Winata
Reporter: Redaksi
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
Seorang siswa asal Indonesia menampilkan tarian tradisional Indonesia dalam Pertunjukan Pertukaran Seni dan Budaya Internasional pada Pekan Pertukaran Pendidikan China-ASEAN 2025 di Guiyang, Provinsi Guizhou, China barat daya, pada 26 Juli 2025. (Foto: Xinhua/Zhou Zhiruo)

Nusantaraterkini.co, GUIYANG - Guna lebih memperdalam pertukaran pendidikan China-ASEAN, sejak Juni 2025 digelar China-ASEAN "Future Architects" Summer Camp yang meluncurkan kegiatan dialog pemuda internasional secara daring.

Sebanyak 21 mahasiswa dari sembilan negara ASEAN berkunjung ke Guizhou pada akhir Juli.

Melalui interaksi budaya, praktik profesional, dan pertukaran intelektual, kamp tersebut bertujuan menggali model pendidikan inovatif dalam memajukan arsitektur ramah lingkungan serta pelestarian warisan budaya antara China dan negara-negara ASEAN.

Salah satu peserta, Nur Anisa Triyana yang berusia 24 tahun datang ke Guizhou dari Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk kali pertama dan mengaku memperoleh banyak pengalaman berharga.

Baca Juga : Fadli Zon: Indonesia Perlu Menemukan Kembali Identitasnya

"Orang-orang di sini sangat ramah dan hangat. Budaya etnis yang beragam dan kuliner yang lezat membuat kami merasa seperti di rumah sendiri, dan cuacanya juga sejuk," kata Nur penuh antusias saat berbagi kesan pertamanya tentang Guizhou.

"Saya sudah tertarik dengan budaya China sejak kecil. Saya sangat senang mendapat kesempatan mengunjungi Guizhou untuk belajar lebih banyak tentang budaya setempat. Batik dan sulaman di Guizhou sangat indah. Pakaian tradisional Indonesia, Kebaya, juga banyak menampilkan sulaman dan batik yang cantik," jelasnya.

"Kami mengenakannya saat pernikahan dan acara penting, sama seperti kelompok etnis di Guizhou," sambungnya.

"Dengan menjajal pengalaman persamaan dan perbedaan dalam kerajinan arsitektur serta adat istiadat antara China dan Indonesia, saya merasakan adanya resonansi budaya," ujarnya.

"Meski struktur kayu bangunan kuno di Kota Kuno Qingyan, Provinsi Guizhou, China barat daya, berbeda dengan arsitektur tradisional Indonesia, keduanya sama-sama menekankan estetika simetris dan fungsi lingkungan. Perbedaan dan persamaan ini memberi kami banyak bahan untuk mempelajari serta memahami budaya arsitektur tradisional kedua negara," imbuhnya.

Baca Juga : Siap Mendunia, Bupati Ingin Daftarkan Bakso dan Mie Ayam Wonogiri ke UNESCO

Songheang Ai, Direktur Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Centre for Technical Education Development (SEAMEO TED), mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir SEAMEO TED secara berkesinambungan menyelenggarakan summer camp pemuda bekerja sama dengan perguruan tinggi vokasi di berbagai wilayah China. Kegiatan ini bertujuan memperluas platform pertukaran budaya di kalangan pemuda China-ASEAN serta memperdalam kerja sama pendidikan dan kolaborasi masa depan di antara negara-negara ASEAN.

"Dalam beberapa tahun terakhir, summer camp ini berperan penting dalam mendorong pertukaran pendidikan antara China dan negara-negara ASEAN. Dengan mengorganisasi guru dan siswa ASEAN untuk belajar di China, serta memanfaatkan teknologi maju dan pengalaman pembangunan disiplin ilmu di lembaga vokasi China, kami membantu negara-negara ASEAN menstandarisasi pendidikan vokasi, pelatihan keterampilan, dan pengembangan talenta," jelasnya.

Selama kunjungan ke Guizhou, guru SMA asal Indonesia, Roeri Handayani, menampilkan tarian khas bersama rekan-rekannya untuk memperkenalkan budaya etnis dari berbagai pulau di Indonesia. Pernah menampilkan seni tari dan lagu Indonesia di Beijing pada 2012, dia mengaku kagum melihat perubahan besar di China saat ini.

Baca Juga : Tradisi Batak Bisa Tetap Hidup di Tengah Tantangan Modernisasi

"Lebih dari satu dekade berlalu, teknologi China berkembang pesat. Di sejumlah objek wisata di Guizhou, saya melihat anjing robot yang lucu. Dengan pembayaran melalui ponsel pintar, kami bisa dengan mudah menyewa kendaraan listrik (electric vehicle/EV) untuk perjalanan ramah lingkungan. Di Kota Kuno Qingyan, saya membeli banyak produk budaya dan kreatif sebagai hadiah bagi keluarga," ujar Roeri.

"Digitalisasi dan kecerdasan buatan membuat hidup masyarakat sangat nyaman," tambahnya.

"Kini banyak warga China bepergian, membuka usaha, atau belajar di Indonesia. Sementara itu, siswa-siswa di sekolah Indonesia juga secara khusus mempelajari bahasa Mandarin dan memilih bekerja di perusahaan China di Indonesia setelah lulus," lanjut Roeri.

"Saya berharap pertukaran dan kerja sama pendidikan antara China dan ASEAN terus diperdalam, sehingga memberi lebih banyak peluang bagi guru serta pelajar muda ASEAN untuk terlibat dalam pertukaran mendalam dan memahami budaya serta sejarah satu sama lain," timpalnya.

Dari kursus berbasis platform digital bersama hingga pertukaran pengalaman dalam pengembangan disiplin ilmu, kerja sama pendidikan China-ASEAN kini dibangun di atas resonansi budaya sebagai fondasi dan didorong oleh pemberdayaan teknologi, membentuk jaringan kerja sama pendidikan yang komprehensif dan multilevel.

"Pemuda adalah kekuatan pendorong masa depan. Melalui inovasi bersama dan pelatihan talenta antara pemuda China dan ASEAN, kita tidak hanya menulis babak baru kerja sama pendidikan, tetapi juga masa depan komunitas regional dengan berbagi nasib yang sama," seperti disampaikan Songheang.

(zie/Nusantaraterkini.co)

Sumber: Xinhua

Advertising

Iklan