nusantaraterkini.co, SAMOSIR - Indonesia memiliki banyak kawasan Geopark yang telah masuk ke UNESCO sebagai bagian dari warisan Geologi Dunia.
Namun ancaman muncul ketika Geopark Kaldera Toba mendapatkan kartu kuning dari UNESCO Global Geopark (UGGP) yang artinya tidak memenuhi standar pengelolaan berkelanjutan, edukasi dan partisipasi masyarakat lokal.
Kartu kuning harus menjadi momentum perubahan bukan sekedar peringatan yang diabaikan, pemberian kartu kuning kepada Kaldera Toba adalah sinyal kuat bahwa pengelolaan kawasan tersebut masih jauh dari prinsip berkelanjutan yang diharapkan.
Kartu kuning bukan akhir tapi awal menuju perubahan tata kelola yang adil, lestari dan inklusif.
Kelemahan yang ditemukan dalam pengelolaan Geopark Kaldera Toba seperti kegagalan implementasi, komersialisasi tanpa kontrol, lemahnya pelibatan masyarakat lokal dan rapaksi yang berkelanjutan.
Hal tersebut diungkap dalam sesi diskusi santai, acara pengukuhan Forum Komunikasi Alumni (Forkoma), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Samosir, dengan tema diskusi "UNESCO Global Geopark Kaldera Toba", dilangsungkan di Cafe Shop Huta Raja, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Jumat (27/06/2025).
Sebelumnya, Ketua Forkoma Nasional PMKRI Hermawi Taslim telah mengukuhkan pengurus Forkoma PMKRI Cabang Samosir yang di ketuai oleh Filippi Simarmata, Seketaris Rihard Pardosi dan Wakil Ketua Maurit Gultom.
Ketua Forkoma Nasional PMKRI Hermawi Taslim sekaligus Sekjen Partai Nasdem ini berpesan agar Forkoma PMKRI Samosir dapat melakukan tindakan konkret ditengah-tengah masyarakat.
"Tindakan konkret sangat dibutuhkan saat ini, tindakan dapat dimulai dengan hal paling sederhana yakni para Forkoma PMKRI Samosir memberikan aksi-aksi nyata ditengah-tengah masyarakat dalam mewujudkan Danau Toba indah dan lestari", tegasnya.
Hermawi Taslim juga menambahkan, bahwa Forkoma PMKRI Samosir harus turun kelapangan dan terlibat langsung dengan masyarakat.
"Forkoma PMKRI Samosir harus turun kelapangan, melihat situasi saat ini tidak baik-baik saja bahwa status Geopark Kaldera Toba mendapatkan kartu kuning, langkah kongkret dan aksi -aksi nyata sangat dibutuhkan ditengah-tengah masyarakat demi terwujudnya Danau Toba indah, lestari dan berkelanjutan sehingga Geopark Kaldera Toba tetap menjadi bagian dari Unesco yang harus di jaga", tegasya.
Ketua Forkoma PMKRI Cabang Samosir, Pilippi Simarmata menegaskan dalam waktu dekat akan merumuskan program kerja serta tindakan nyata.
"Dalam waktu dekat, kita pengurus yang baru akan merumuskan program kerja serta tindakan nyata ditengah-tengah masyarakat dalam mewujudkan Danau Toba indah dan lestari serta kita jaga bersama-sama", tambahnya.
Manager Divisi Pendidikan, Konservasi, dan Pemberdayaan Masyarakat Geopark Kaldera Toba Ovi Vensus Hamubaon Samosir, mengungkapkan bahwa semua pihak harus turut berpartisiapsi untuk menjaga Geopark Kaldera Toba.
"Semua pihak harus berpartisipasi baik Pemerintah secara regulasi, masyarakat sebagai eksekusi di lapangan begitu juga dengan Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM), lembaga keagamaan, salah satunya ajaran Katolik "Laudato si" ensiklik (surat terbuka) yang ditulis oleh Paus Fransiskus, diterbitkan pada tahun 2015, yang membahas tentang kepedulian terhadap "rumah kita bersama," bumi adalah ibu yang harus dijaga begitu juga dengan UNESCO bahwa harus dimuliakan dan masyarakat di sejahterakan yang artinya masyarakat punya tanggungjawab untuk menjaga dan melestarikan kawasan Danau Toba", terangnya.
Ia juga menambahi bahwa regulasi itu penting tetapi lebih kepada rasa kepeduliaan masyarakat terhadap Geopark Kaldera Toba.
"Regulasi boleh sebaik apa pun, tetapi ketika masyarakat tidak terlibat apa yang sedang terjadi pada dirinya, berarti mereka tidak paham bahwa sedang berada diancaman yang sangat-sangat nyata dan UNESCO konsen dengan ini bahwa masyarakat harus tau apa tanggung jawabnya, apa haknya agar jangan di eksploitasi", tegasnya.
Ia juga menambahi bahwa saat ini yang dibutuhkan langkah konkret untuk memperbaiki tata kelola Geopark Kaldera Toba.
"Saat ini dibutuhkan langkah konkret, terkait Geopark Kaldera Toba mendapatkan kartu kuning kita harus memperbaiki tata kelolanya, konservasi, edukasi dan perhatian serta kepedualian masyarakat di kawasan Kaldera Toba", ujarnya.
Ia menyampaikan harapannya, agar diskusi santai membahas Geopark Kaldera Toba yang terancam dicabut bukan sekedar seremony melainkan langkah awal membenahi tata kelola.
"Harapaan dari pertemuan ini agar kegiatan Diskusi santai kiranya berlanjut, ini merupakan momentum untuk kita sepaham dan bisa bekerja bersama-sama untuk memperbaiki tata kelola Geopark Kaldera Toba sesuai harapan dari UNESCO", tambahnya.
Pastor Moderator Forkoma PMKRI Cabang Samosir, Pastor Teodorus Sitinjak mengatakan, bahwa umat Katolik yang di Samosir mendukung dan terlibat dalam menjaga kelestarian lingkungan.
"Umat seluruh paroki di Samosir berkomitmen mendukung dan terlibat dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup, pada tanggal 05 juli 2025 seluruh umat katolik di Samosir akan menggelar penanaman pohon sebagai tanda kepedulian dan komitmen menjaga lingkungan dan bumi", tutupnya.
Rekomendasi yang ditawarkan kepada pengurus Geopark yakni warisan dan interprestasi Unesco diperlukan, warisan lainya agar dilakukan pemeliharaan dan pelestarian ekosistem, fisibility dan komitmen serta edukasi Geopark Kaldera Toba kepada seluruh masyarakat diwilayah kawasan Danau Toba, dengan memberikan pelatihan,edukasi dan pendidikan.
(JAS/nusantaraterkini.co)