Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Nama Jalan Haji Misbah di Medan Minim Dikenal, Sejarawan Sebut Tak Punya Kaitan Sejarah Langsung

Editor:  Rozie Winata
Reporter: Junaidin Zai
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
Potret Jalan Haji Misbah. (Foto: Zai/Nusantaraterkini.co)

Nusantaraterkini.co, MEDAN - Nama Jalan Haji Misbah di Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara, masih asing bagi banyak warga yang tinggal di sekitarnya.

Meski menjadi bagian dari infrastruktur kota, latar belakang sosok di balik nama jalan ini tidak banyak diketahui masyarakat.

Muhammad Misbah atau yang dikenal sebagai Haji Misbah merupakan tokoh pergerakan asal Surakarta, Jawa Tengah, yang aktif mengkritik kolonialisme dan kapitalisme pada era Hindia Belanda.

Baca Juga: Menilik Haji Misbah Nama Satu Jalan di Kota Medan, Bukan Dalam Buku Sejarah!

Lahir pada 1876, Haji Misbah dikenal karena pandangannya yang mencoba menggabungkan Islam dengan ideologi komunisme sebagai bentuk perjuangan rakyat tertindas.

Akibat aktivitas politiknya, ia diasingkan ke Manokwari, Papua, pada 1926 dan meninggal di sana karena malaria.

Namun, keberadaan namanya sebagai nama jalan di Kota Medan menimbulkan tanda tanya. Sejumlah warga mengaku tidak mengetahui siapa Haji Misbach dan apa kaitannya dengan Medan.

“Saya tidak tahu siapa Haji Misbah. Yang saya tahu, Jalan Haji Misbah itu dekat Rumah Sakit Santa Elisabeth. Itu saja,” ujar Agung Hartono, warga yang telah tinggal selama 29 tahun di kawasan tersebut, Kamis (5/6/2025).

Dilain sisi, sejarawan Sumut, Erond Litno Damanik menyebut, penamaan Jalan Haji Misbach di Medan sebagai hal yang janggal. Menurutnya, secara historis, Haji Misbach tidak memiliki hubungan langsung dengan Medan maupun Sumatera Utara.

“Berbeda dengan Tan Malaka yang pernah menjadi guru di Deliserdang dan Medan, Misbah tidak punya jejak sejarah di sini,” kata Erond yang juga Guru Besar Antropologi Politik dan Konflik Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Erond menduga, nama Haji Misbah dijadikan nama jalan pada masa transisi pasca-kolonial, yakni sekitar akhir 1960-an hingga 1980-an. Saat itu, pemerintah mengganti nama-nama jalan yang sebelumnya menggunakan istilah Belanda sebagai bagian dari proses “peng-Indonesia-an”.

“Banyak nama jalan diganti dari istilah kolonial ke tokoh-tokoh nasional atau tokoh perlawanan. Kemungkinan besar nama Misbah masuk pada gelombang itu,” ujarnya.

Bac Juga: Bobby Nasution Ganti dua Nama Jalan di Kota Medan

Kendati demikian, hingga kini belum ada literatur atau dokumen resmi yang menjelaskan secara rinci kapan dan mengapa nama Haji Misbah digunakan sebagai nama jalan di Medan. Kurangnya dokumentasi membuat penelusuran sejarah jalan ini masih menjadi teka-teki.

Erond juga menekankan bahwa penamaan jalan di Indonesia belum memiliki sistem atau mekanisme yang baku. Prosesnya sangat tergantung pada kebijakan pemerintah daerah, dan tidak jarang dilakukan tanpa kajian sejarah yang mendalam.

Penamaan jalan Haji Misbah di Medan, yang terjadi di luar konteks sejarah lokal, menandakan perlunya penguatan literasi sejarah perkotaan dan pelestarian narasi-narasi lokal, terutama untuk generasi muda.

 

(Cw7/Nusantaraterkini.co)

 

Advertising

Iklan