Nusantaraterkini.co, KARO - Masyarakat suku Karo menggelar Kerja Tahun sebagai bagian dari tradisi dan budaya yang sudah turun temurun dari nenek moyang, sehingga menjadi bagian penting dari identitas budaya Suku Karo.
Pesta tahunan tersebut digelar di Desa Bulan Julu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut), Sabtu (12/7/2025).
Kerja Tahun, atau yang dikenal juga sebagai Merdang Merdem, adalah perayaan adat tahunan masyarakat Suku Karo di Sumut, khususnya di Kabupaten Karo.
BACA JUGA: Reog, Barongsai, hingga Saman Tampil di Medan, Karnaval Budaya Serasa Miniatur Nusantara
Perayaan ini bertujuan untuk menjaga ketenangan dan keseimbangan dalam kehidupan masyarakat dan juga merupakan ungkapan rasa syukur atas hasil panen padi dan juga sebagai ajang mempererat tali silaturahmi antar anggota keluarga dan masyarakat.
Rangkaian Acara Kerja Tahun dimulai dari Motong/Mantem: Hari persiapan untuk acara puncak. Kemudian Matana/Man-man: Hari puncak perayaan, biasanya diisi dengan berbagai acara hiburan dan adat.
Selanjutnya, Nimpa/Ngerires: Hari penutup yang bisa diisi dengan membuat cimpa (kue khas Karo) atau lemang.
Kerja tahun biasanya digelar setiap Desa di Kabupaten Karo, pesta digelar selama dua hari, hari pertama merupakan hari untuk memasak dan mempersiapkan makanan yang jumlah yang besar.
Hari kedua, merupakan tempat berkumpulnya keluarga menikmati hidangan yang telah di masak. Selama dua hari dimeriahkan juga dengan hiburan pertunjukan Tari Mbuah Page dan hiburan lainya di Jambur.
Kerja tahun juga momentum setahun sekali, dalam memasak berbagai makanan khas Karo seperti rires (lemang), cimpa bohan, babi panggang karo, cimpa, tasak telu, ikan mas, ayam kampung, tapai dan beragam masakan khas Karo lainya.
BACA JUGA: Karhutla Samosir Mencederai Nilai-nilai Kearifan Lokal Masyarakat Batak sebagai Parjoloan Ni Daging
Masakan tersebut akan dihidangkan untuk makan bersama dengan keluarga dan tamu-tamu yang datang dari tempat yang jauh kerumah keluarga yang mengundang.
Tak hanya itu, perantau juga akan kembali ke kampung halaman dalam rangka Kerja Tahun. Begitu juga dengan masyarakat dari kampung berbeda mengunjungi rumah-rumah keluarga dan tetangga, membawa buah tangan seperti gula dan disambut dengan hidangan makanan.
Kerja Tahun bukan sekadar pesta, tetapi juga wujud kearifan lokal masyarakat Karo dalam menjaga kebersamaan, solidaritas, dan rasa syukur. perayaan ini juga menjadi sarana untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya Karo kepada generasi muda.
Warga setempat bernama boru Ginting mengungkapkan, bahwa tradisi Kerja Tahun di laksanakan setahun sekali.
"Kerja Tahun dirayakan setahun sekali, kalau di kampung kami biasanya setiap bulan Juli. Perayaan ini merupakan bukti rasa syukur atas panen yang berlimpah baik padi, cabai dan tanaman yang telah kami tanam di ladang," ucapnya.
Boru Ginting juga mengungkapkan bahwa perayaan Kerja Tahun merupakan momen pertemuan seluruh keluarga dan kebersamaan setahun sekali.
"Perayaan Kerja Tahun merupakan momen pertemuan seluruh keluarga dari perantau berbagai daerah dalam mempererat tali silaturahmi, terkhusus yang belum memiliki jodoh, di sinilah tempat mereka jumpa impal atau jodoh mereka," imbuhnya.
Ia juga mengatakan bahwa Kerja Tahun digelar bukan semata pesta tahunan biasa, tetapi mempertahankan budaya dan tradisi Kalak Karo sekaligus memperkenalkan ke orang muda untuk tetap melestarikannya.
"Kerja Tahun bukan semata-mata pesta biasa tetapi memiliki makna begitu dalam. Kerja Tahun mengingatkan kita untuk bersyukur kepada Tuhan dan alam atas berkah kelimpahan rejeki yang kita dapat dari hasil panen dari ladang, selain itu juga mengingatkan kita agar tidak kehilangan identitas diiri sebagai Kalak Karo serta memperkenalkan budaya kepada anak-anak generasi penerus agar budaya dan tradisi tetap dilestarikan," tutupnya.
(Jas/Nusantaraterkini.co)