Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Kaum Perempuan di Medan Berkabung, Tabur Bunga untuk 10 Nyawa yang Hilang dalam Gelombang Unjuk Rasa

Editor:  hendra
Reporter: Junaidin Zai
WhatsApp LogoTemukan Nusantaraterkini.co di WhatsApp!!
Foto-foto sepuluh korban tewas unjuk rasa pada periode 25 Agustus hingga 2 September 2025 disusun berjejer diatas aspal. Nyala lilin dan bunga yang ditabur menjadi simbol duka dalam gerakan rakyat di Indonesia. (Foto: Junaidin Zai/Nusantaraterkini.co).

nusantaraterkini.co, MEDAN - Puluhan kaum perempuan dari Women’s March Medan berunjuk rasa atas sepuluh nyawa yang hilang selama gelombang unjuk rasa di sejumlah wilayah Indonesia yang terjadi beberapa waktu lalu.

Dalam penilaian mereka, gelombang unjuk rasa pada akhir Agustus 2025 lalu dipicu oleh sejumlah rentetan kebijakan negara yang justru dianggap hanya menguntungkan kaum oligarki saja. Sementara kelompok rentan seperti kaum miskin, disabilitas, hingga kelompok-kelompok kecil lainnya malah tertindas.

Ironisnya, ditengah kemarahan rakyat dari banyak lapisan meluap, negara melalui aparatnya justru membunuh para demonstran. Seperti kasus Afif Kurniawan pengemudi ojek online hingga sembilan korban kekerasan aparat yang hari ini paling baru.

“Ingat korban yang tewas itu bukan hanya sebagai angka statistik saja. Kami menyebut mereka sebagai pahlawan,” ujar Lusty seorang pegiat isu perempuan saat berorasi di kawasan parkiran Posbloc, Kecamatan Medan Barat, kota Medan, pada Sabtu (6/9/2025).

Dalam amatan Nusantaraterkini.co, membawa atribut-atribut aksi yang didominasi warna merah muda. Sejumlah poster, spanduk, hingga sepuluh foto para korban. Di barisan foto itu mereka menyalakan lilin serta menaburinya dengan bermacam warna bunga. Momen itu disusul dengan doa bersama. Suasana hening juga khidmat turut tercipta.

Adapun nama-nama korban tewas akibat tindakan kekerasan aparat yang dicatat oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) pada periode 25 Agustus hingga 2 September 2025 adalah:

Affan Kurniawan (21 tahun). Pengemudi ojol asal Jakarta. Ia meninggal dunia setelah dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob saat aksi di Jakarta, Kamis, 28 Agustus 2025. Affan tidak ikut berdemo, namun ia kebetulan berada di lokasi saat akan mengantar pesanan makanan di Jalan Bendungan Hillir.

Muhammad Akbar Basri (26 tahun). Akbar merupakan pegawai Humas DPRD Makassar yang juga meninggal dunia akibat terjebak di dalam gedung yang dibakar massa.

Sarinawati (26 tahun), pegawai DPRD Makassar yang tewas terjebak dalam kebakaran saat gedung DPRD Makassar dibakar massa.

Saiful Akbar (43 tahun), Kepala Seksi Kesra Kecamatan Ujung Tanah, Makassar. Saiful ikut menjadi korban dalam insiden kebakaran karena terjebak di dalam kantor DPRD Makassar.

Rusmadiansyah (25 tahun). Ia adalah pengemudi ojol di Makassar yang tewas setelah dikeroyok massa karena dituduh sebagai intel dalam demonstrasi yang terjadi di depan Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.

Sumari (60 tahun). Sumari merupakan tukang becak asal Solo yang meninggal dunia diduga akibat terkena tembakan gas air mata saat terjadi bentrokan massa demontrasi di Surakarta (Solo).

Rheza Sendy Pratama (21 tahun). Rheza merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta yang ditemukan meninggal dengan luka memar dan bekas pijakan sepatu di tubuhnya usai mengikuti demonstrasi.

Andika Lutfi Falah (16 tahun). Ia merupakan siswa kelas 11 di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 14 Kabupaten Tangerang. Andika terlibat dalam kerusuhan di demo Jakarta pada 29 Agustus 2025. Andika dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Dr Mintoharjo dengan kondisi luka berat pada bagian kepala belakang akibat benturan benda tumpul.

Iko Juliant Junior (19 tahun). Merupakan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang angkatan 2024. Iko pamit ke orang tuanya pergi ke kampus dengan membawa jas almamater. Namun kemudian ia dikabarkan dalam kondisi kritis dan harus menjalani operasi di RSUP dr. Kariadi, Semarang. Pengakuan orang tuanya, Iko sempat mengigau meminta untuk tidak dipukuli lagi, namun penyebab sebenarnya dari kematiannya masih belum terungkap.

Septinus Sesa. Ia merupakan warga saat aksi blokade di kawasan Wirsi dan Jalan Yosudarso, Manokwari. Kasus kematiannya masih diselidiki yang melibatkan Komnas HAM, Ombudsman, hingga LBH untuk menjamin transparansi.

(Cw7/Nusantaraterkini.co)

Advertising

Iklan