Nusantaraterkini.co, New York - Pada perdagangan Selasa (15/4/2025) Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup sedikit melemah seiring masih tingginya ketidakpastian terkait kebijakan tarif.
Saham sektor konsumer dan kesehatan mengalami pelemahan, meskipun laporan keuangan yang solid dari sektor perbankan memberikan sedikit penopang.
BACA: Wall Street Kembali Anjlok dengan Tiga Indeks Utama Ditutup Melemah Lebih dari 2,5%
Secara keseluruhan, Dow Jones Industrial Average turun 155,83 poin atau 0,38% ke level 40.368,96. S&P 500 melemah 9,34 poin atau 0,17% ke 5.396,63. Sedangkan Nasdaq Composite turun 8,32 poin atau 0,05% ke 16.823,17.
Saham Bank of America dan Citigroup menguat setelah merilis laporan kinerja yang positif. Namun, para eksekutif bank memperingatkan bahwa belanja konsumen di AS menghadapi risiko besar jika ketegangan akibat kebijakan dagang Presiden Donald Trump terus berlanjut.
BACA: Wall Street Kembali Dihantam Aksi Jual Besar-besaran yang Membawa Indeks S&P 500 Terkapar
Salah satu pemberat utama indeks Dow Jones adalah saham Boeing, yang merosot 2,4%.
Bloomberg melaporkan bahwa China memerintahkan maskapai domestiknya untuk menghentikan penerimaan pesawat baru dari Boeing, sebagai respons atas keputusan AS memberlakukan tarif 145% terhadap produk-produk China.
Dokumen resmi pemerintah AS yang dirilis pada Senin (14/4) menunjukkan bahwa pemerintahan Trump juga melanjutkan penyelidikan terhadap impor produk farmasi dan semikonduktor, sebagai bagian dari upaya untuk mengenakan tarif pada sektor-sektor tersebut.
Pengumuman tarif besar-besaran oleh Trump pada 2 April lalu telah memicu gejolak di pasar dan memunculkan kekhawatiran akan terjadinya perang dagang global serta potensi resesi.
Aktivitas perdagangan pasar memang sedikit lebih tenang pekan ini, tetapi para investor masih sulit memalingkan perhatian dari isu tersebut.
"Sejauh ini laporan kinerja perusahaan cukup baik, tetapi pasar masih dibayangi ketidakpastian seputar tarif dan perdagangan. Saat ini, hanya itu yang menjadi katalis utama," kata Ross Mayfield, analis investasi di Baird, Louisville, Kentucky.
"Di hari-hari seperti ini, ketika tidak ada katalis baru, pasar jadi cenderung lesu dan tidak punya arah, dan itulah yang kita lihat hari ini," lanjutnya.
Saham Johnson & Johnson ditutup turun 0,5% setelah perusahaan meleset dari ekspektasi penjualan perangkat medis, meskipun berhasil melampaui estimasi pendapatan dan laba kuartal pertama.
Sementara itu, Barclays pada Selasa menurunkan peringkat sektor otomotif dan mobilitas AS, dengan alasan tarif dari Trump bisa menekan laba produsen mobil.
Saham Ford turun 2,7%, General Motors merosot 1,3%, dan indeks sektor konsumer discretionary S&P 500 melemah 0,8%.
Di sektor kesehatan, saham Merck & Co juga ditutup turun 1%.
Bank of America membukukan laba kuartal pertama yang melampaui perkiraan berkat kenaikan pendapatan bunga, dengan sahamnya naik 3,6%.
Perusahaan-perusahaan dalam indeks S&P 500 baru saja mulai melaporkan hasil kuartal I-2025, namun perubahan kebijakan dagang AS membuat proyeksi kinerja menjadi buram, dan banyak eksekutif kemungkinan enggan memberikan panduan laba ke depan.
"Sebagian besar kinerja kuartal I terjadi dalam kondisi dunia yang kini sudah berubah," kata Mayfield.
"Fokus akan bergeser ke panduan kinerja selanjutnya, dan saya memperkirakan banyak perusahaan akan memilih untuk menunda atau mencabut panduan mereka."
CEO Johnson & Johnson menambahkan bahwa tarif terhadap produk farmasi bisa menyebabkan gangguan rantai pasok dan kebijakan pajak yang mendukung akan menjadi cara yang lebih efektif untuk mendorong kapasitas produksi obat dan alat kesehatan di AS.
(wiwin/nusantaraterkini.co)