Oleh: Drs. Muhammad Bardansyah
Saat ini di media sosial, sedang riuh rendah saling sindir antara netizen Indonesia dan Malaysia yang dipicu oleh penembakan TKI oleh pengawal lepas pantai Malaysia. Netizen Indonesia marah atas perlakuan berlebihan pasukan pengawal lepas pantai Malaysia.
Kemarahan ini di ungkapkan lewat media sosial bahkan komunitas buruh Indonesia melakukan demonstrasi di depan Kedutaan Besar Malaysia dan melempari kedubes Malaysia dengan telur.
Kemarahan Netizen ini direspon oleh netizen Malaysia dengan berbagai komentar yang tak kalah panasnya, bahkan ada salah satu netizen Malaysia yang mengandaikan apabila terjadi perang dengan Indonesia, maka Malaysia akan dibantu oleh Inggris karena Malaysia tergabung dalam perjanjian keamanan dalam naungan Five-Power Defence Arrangement yang berisikan sebagian negara-negara the states of the Commonwealth.
Namun sayang, perdebatan penuh emosi ini terkadang tidak disertai oleh angka dan data, hanya perdebatan emosional saja.
Baca Juga: Presiden Prabowo Harap Ada Investigasi Menyeluruh Terkait Penembakan WNI di Malaysia
Agar perdebatan ini adil, maka kita perlu tampilkan angka dan data, tapi bukan bermaksud untuk memprovokasi karena seyogyanya sebagai negara bertetangga dan sesame anggota ASEAN, tidak seharusnya kita bermusuhan. Biarkan pemerintah masing-masing menyelesaikan kasus ini dengan kepala dingin walau kita tentunya mendesak agar dilakukan investigasi yang seadil-adilnya atas tewasnya 2 Warga Negara Indonesia.
Mari kita lihat beberapa fakta dan data antara Indonesia dan Malaysia berikut ini :
Perjuangan Kemerdekaan hingga Merdeka
Indonesia:
Kolonialisme Belanda: Dijajah Belanda selama 350 tahun, dengan perlawanan seperti Perang Diponegoro (1825–1830) dan Kebangkitan Nasional (1908).
Pendudukan Jepang (1942–1945): Membuka jalan bagi persiapan kemerdekaan melalui BPUPKI.
Proklamasi 1945: Diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945.
Revolusi Fisik (1945–1949): Perang gerilya melawan Belanda yang ingin kembali berkuasa. Pengakuan kedaulatan melalui Konferensi Meja Bundar (1949).
Malaysia:
Kolonialisme Inggris : Dikuasai Inggris sejak abad ke-18 melalui sistem residen.
Pendudukan Jepang (1942–1945): Memicu nasionalisme Melayu.
Perundingan Kemerdekaan: Dipimpin Tunku Abdul Rahman melalui koalisi UMNO-MCA-MIC. Kemerdekaan diraih secara damai pada 31 Agustus 1957.
Pembentukan Malaysia (1963): Penggabungan Sabah, Sarawak, dan Singapura (keluar pada 1965).
Perbedaan Utama: Indonesia merdeka melalui revolusi bersenjata, sedangkan Malaysia melalui diplomasi atau bisa dikatakan sebagai pemberian Inggris. Konflik internal di Indonesia lebih intens (misalnya pemberontakan PKI 1948), sementara Malaysia menghadapi ketegangan etnis Melayu-Cina-India.
Baca Juga: Fraksi Golkar Usul Pembentukan Satgas Mafia Perdagangan Orang, Imbas Penembakan PMI di Malaysia
Sumber Daya Alam, Energi, dan Manusia
Sumber Daya Alam:
Indonesia : Kaya minyak, gas, batubara, nikel (24% cadangan global), emas, tembaga, dan kelapa sawit (produsen terbesar dunia) serta Hutan tropis yang termasuk terbesar di dunia
Malaysia: Minyak (LNG di Sarawak), kelapa sawit (produsen kedua), karet, dan timah juga unggul di industri semikonduktor.
Energi:
Indonesia: Eksportir batubara terbesar, tetapi impor BBM karena kapasitas penyulingan terbatas. Masih memiliki cadangan Gas dan panas bumi besar yang masih belum di eksplorasi.
Malaysia: Eksportir LNG terbesar kedua dunia, dengan infrastruktur energi lebih maju.
Perbandingan Kekuatan Militer Indonesia dan Malaysia
Peringkat Kekuatan Militer (2025):
Indonesia: Peringkat ke-13 di dunia dengan skor PowerIndex 0.2557.
Malaysia: Peringkat ke-42 di dunia dengan skor PowerIndex 0.7429.
Kekuatan dan Kelemahan:
Indonesia memiliki angkatan bersenjata yang lebih besar dan lebih beragam dalam hal peralatan dan teknologi, sedangkan Malaysia memiliki anggaran militer yang lebih kecil dan lebih fokus pada pertahanan maritim.
SDM:
Indonesia: Populasi 270 juta (terbesar ke-4 dunia), tetapi kualitas pendidikan masih rendah (Indeks Pembangunan Manusia/IPM 2023: 0,705).
Malaysia: Populasi 33 juta, IPM lebih tinggi (0,803) karena investasi pendidikan dan kesehatan. Namun dalam percaturan kompetisi Sains Internasional Indonesia lebih Unggul.
Analisis Prestasi Anak-anak Indonesia di Olimpiade Sains Internasional
Faktor-faktor yang Mempengaruhi:
Identifikasi Bakat: Indonesia memiliki program yang lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengembangkan bakat di bidang sains.
Pelatihan dan Persiapan: Anak-anak Indonesia sering mendapatkan pelatihan intensif dan dukungan dari sekolah dan lembaga luar.
Karakter Kompetisi: Olimpiade Sains Internasional sering kali menekankan pada kreativitas dan pemecahan masalah, di mana siswa Indonesia menunjukkan kemampuan yang baik meskipun dalam sistem pendidikan yang dianggap lebih rendah. Artinya jika Indonesia memperbaiki sistem pendidikannya maka Indonesia akan jauh melampaui SDM Malaysia dan ini sedang di perbaiki di pemerintahan Prabowio.
Baca Juga: Penembakan PMI di Malaysia Harus jadi Momentum Perbaikan Perlindungan Pekerja Migran
Pertumbuhan Ekonomi 5 Tahun Terakhir (2019–2023)
Analisis: Indonesia tumbuh stabil didorong konsumsi domestik dan ekspor komoditas. Malaysia lebih rentan terhadap fluktuasi pasar global (misalnya semikonduktor). Kedua negara terdampak COVID-19, tetapi pemulihan Indonesia lebih cepat pada 2022.
Indikator Indonesia Malaysia
Pertumbuhan GDP 5% (2019), -2,1% (2020), 5,3% (2021), 5,3% (2022), 5% (2023) 4,3% (2019), -5,6% (2020), 3,1% (2021), 8,7% (2022), 4% (2023)
Sektor Komoditas (batubara, CPO), digital, manufaktur Semikonduktor, turunan minyak sawit, pariwisata
GDP per Kapita USD 4.800 (2023) USD 12.500 (2023)
Berikut adalah perbandingan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Malaysia di tahun 2024 berdasarkan data terbaru:
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
1. Kuartal I 2024:
• Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,11%(year on year). Ini merupakan peningkatan dari kuartal IV 2023 yang sebesar 5,04% (sumber: Kontan)
2. Kuartal II 2024:
• Pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit melambat menjadi 5,05% . Ini menunjukkan adanya penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya (Sumber: Kompas)
3. Kuartal III 2024:
• Pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali melambat menjadi 4,95% , yang merupakan angka terendah dalam setahun terakhir. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi global yang lebih menantang (Sumber: CNBCIndonesia)
Baca Juga: Partai Buruh Bakal Geruduk Kedubes Malaysia: Minta Pelaku Penembak PMI Diadili
Pertumbuhan Ekonomi Malaysia
1. Kuartal I 2024:
• Ekonomi Malaysia tumbuh sebesar 3,9% . Ini menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan Indonesia pada kuartal yang sama (Sumber: Bisnis)
2. Kuartal II 2024:
• Malaysia mengalami pertumbuhan yang lebih baik, mencapai 5,9% , berkat peningkatan belanja rumah tangga dan investasi yang lebih kuat (Sumber: CNBCIndonesia)
3. Kuartal III 2024:
• Pertumbuhan ekonomi Malaysia diperkirakan tetap kuat, dengan proyeksi untuk tahun 2024 berada di kisaran 4-5% (Sumber: CNBCIndonesia)
Kepemimpinan dalam Organisasi Internasional
Indonesia:
G20: Anggota sejak 2008, tuan rumah KTT G20 2022.
ASEAN: Pemrakarsa pembentukan ASEAN (1967), aktif dalam isu demokrasi dan HAM.
PBB: Kontributor pasukan perdamaian (garuda kontingen), anggota tidak tetap DK PBB (2019–2020).
Malaysia:
OIC: Memimpin isu Palestina dan minoritas Muslim.
Commonwealth: Aktif dalam program pembangunan negara kecil.
ASEAN: Fokus pada keamanan maritim dan perdagangan bebas.
Perbedaan: Indonesia lebih dominan di forum global (G20, PBB), sementara Malaysia fokus pada isu Islam dan perdagangan regional.
Peran Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia
Statistik: 2 juta TKI di Malaysia (2023), terutama di perkebunan, konstruksi, dan domestik.
Kontribusi: Menopang sektor informal Malaysia, menyumbang 15% tenaga kerja manufaktur.
Isu: Pelanggaran hak buruh (upah rendah, pemalsuan dokumen), perjanjian bilateral (MoU 2022 untuk perlindungan TKI).
Dampak Ekonomi: Remitansi TKI ke Indonesia mencapai USD 3,5 miliar/tahun (Bank Indonesia, 2023).
Baca Juga: Kunker ke Malaysia, Prabowo: Masalah Bilateral Termasuk Tenaga Kerja Sepakat Ditertibkan
Kesimpulan
Indonesia dan Malaysia memiliki sejarah kolonial yang membentuk karakter nasionalisme berbeda. Indonesia memiliki nasionalisme yang lebih kuat karena kemerdekaan di rebut dengan pertempuran, keringat, darah dan air mata.
Indonesia unggul dalam sumber daya alam dan pasar domestik, sementara Malaysia lebih merata dalam teknologi dan kualitas SDM karena luas wilayah maupun jumlah penduduknya jauh lebih kecil di banding Indonesia, namun bagaimanapun Indonesia dan Malaysia adalah negara serumpun yang tergabung dalam ASEAN.
Kita tidak bisa memungkiri bahwa kedua negara memiliki hubungan yang simbiosis mutualismen atau hubungan yang saling menguntungkan walau tentunya warga Indonesia mendesak kedua pemerintahan untuk melakukan investigasi yang seadil-adilnya atas peristiwa penembakan warga negara Indonesia di lepas pantai kedua negara.
Penulis adalah pengamat ekonomi politik mantan Vice Presiden Bank Swasta Nasional