Nusantaraterkini.co, ACEH - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Aceh buka suara terkait kematian seekor gajah betina di Kabupaten Aceh Timur.
Gajah ini pada pekan lalu sempat mendatangi permukiman warga untuk "meminta diobati". Kepala BKSDA Aceh, Ujang Wisnu Barata dalam siaran persnya, Minggu (2/2/2025) menyebut, pada 21 Januari 2025, Resor Konservasi Eksitu Langsa mendapatkan informasi dari Elephant Protection Team (EPT).
Dalam informasi itu disebutkan soal keberadaan gajah sumatera yang sakit di Desa Seunebok Bayu, Kecamatan Indra Makmur, Kabupaten Aceh Timur.
Menindaklanjuti informasi tersebut petugas Resor Konservasi Eksitu Langsa bersama dengan EPT dan tim medis menuju lokasi keberadaan gajah.
Baca Juga : Padamkan Gudang yang Kebakaran di Bekasi, Satu Petugas Tersengat Listrik
Pengecekan dan penanganan medis gajah dilakukan pada hari Rabu tanggal 22 Januari 2025. Dari hasil pemeriksaan teridentifikasi gajah liar berjenis kelamin betina itu berumur kurang lebih 7-8 tahun dan berat badan sekitar satu ton.
“Hasil pemeriksaan fisik diketahui kondisi mulut dan lidah telah infeksi berwarna merah dan bernanah, feses berwarna hitam dan berukuran kecil,” sebut dia.
Sedangkan hasil diagnosa sementara menyebut, kemungkinan besar organ pencernaan mengalami kerusakan/ infeksi, dan bagian vagina mengalami pendarahan.
Kondisi ini terjadi diduga karena gajah tersebut mengonsumsi makanan yang mengandung racun atau sejenisnya, hingga berdampak terhadap kerusakan pencernaan bagian dalam.
Penanganan medis dilakukan dengan infus dan suntik antibiotik serta vitamin untuk waktu 48 jam. Tim juga mengambil sampel darah dan feses untuk bahan uji laboratorium. Lalu, pada Jumat, 24 Januari 2025, tim kembali melakukan pengobatan terhadap gajah liar itu.
Tim medis melakukan pemeriksaan perkembangan kondisi gajah dan memberikan cairan tambahan, obat dan vitamin. Hasil pemeriksaan tim medis pada saat ini menggambarkan, kondisi gajah masih belum banyak kemajuan, karena diduga bagian organ ginjal dan metabolisme pencernaan telah terganggu.
Baca Juga : Karyawan PT Timah Hina Pegawai Honorer di Medsos, Berujung Minta Maaf
Pada saat penanganan medis dilakukan, gajah mengeluarkan urin dan feses yang berwarna hitam dan berbau busuk. Hal ini pun mengidentifikasikan bahwa metabolisme pencernaan mulai bereaksi. Tim medis lalu mengambil sampel darah kedua untuk bahanuji laboratorium.
Sedangkan pada Senin, 27 Januari 2025, tim kembali melakukan pengobatan terhadap gajah.
Kondisi gajah sudah lebih baik dari sebelumnya, dan gajah sudah bisa bergerak mengarah jauh ke dalam hutan sekunder. Saat itu diharapkan gajah betina tersebut dapat bergabung dengan kelompoknya.
Lalu, Jumat, 31 Januari 2025, gajah ini ditemukan dalam kondisi lemas di Desa Julok Rayeuk Selatan, Kecamatan Indra Makmur, dan upaya penanganan sudah tidak banyak menolong.
“Sekitar pukul 17.40 WIB gajah liar tersebut mati, dan dilanjutkan dengan nekropsi/bedah bangkai untuk mengambil beberasa sampel organ bagian dalam guna uji laboratorium, kemudian dikuburkan pada pukul 22.30 WIB,” sebut Ujang, dikutip dari Kompas.com.
Ujang lalu mengapresiasi dukungan masyarakat selama proses perawatan gajah itu. Sebelumnya diberitakan gajah betina ditemukan tewas di Kabupaten Aceh Timur. Sebelumnya, sempat dirawat karena mengalami sakit. (rsy/nusantaraterkini.co)